tag:blogger.com,1999:blog-73162310527257108732024-03-12T20:22:06.072-07:00Notes of SadzaliAnonymoushttp://www.blogger.com/profile/17487580474045876588noreply@blogger.comBlogger40125tag:blogger.com,1999:blog-7316231052725710873.post-47916960654159116392015-04-16T01:11:00.000-07:002015-04-16T01:11:00.088-07:00"Radikalisme" Versus Radikalisme<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg_2PHYWALkYcC1dLNCQzYvjtpO9kamHO6E2JvMHQFb_ErletXrmO0NN5ncytsoSAEjsjYzA6VBmWOhdQLmp4dHLaSCEJ4sWXzTI9IyzX5OC5306AN8PkmCXoXfVzswZQntVm07Wdiee0yA/s1600/6cbb90fb01e879c19e48aa57c2cce78d_a.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg_2PHYWALkYcC1dLNCQzYvjtpO9kamHO6E2JvMHQFb_ErletXrmO0NN5ncytsoSAEjsjYzA6VBmWOhdQLmp4dHLaSCEJ4sWXzTI9IyzX5OC5306AN8PkmCXoXfVzswZQntVm07Wdiee0yA/s1600/6cbb90fb01e879c19e48aa57c2cce78d_a.jpg" /></a></div>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Beberapa hari lalu masyarakat, khususnya umat Islam, dihebohkan dengan tindakan pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika yang menutup atau memblokir sejumlah laman situs internet bernuansa Islami. Alasannya adalah, laman situs tersebut dianggap situs-situs yang menyuarakan radikalisme. Namun akhirnya, publik pun bereaksi dan mempertanyakan langkah pemerintah tersebut. Mulai dari benarkah laman situs tersebut mengandung unsur radikalisme, sampai pada mekanisme penutupannya.<br /><br />Satu hal yang memang menjadi kesepakatan bersama adalah, bahwa paham-paham radikalisme memang harus dilawan dan jangan dibiarkan tumbuh subur. Radikalisme, apalagi yang mengatasnamakan agama Islam, bukan saja membahayakan stabilitas negara, melainkan juga sejatinya telah mengotori kesucian agama Islam itu sendiri.<br /><br />Agama Islam adalah agama yang penuh dengan nilai-nilai kedamaian, lemah lembut, rahmatan lil ‘alamin, yang semua itu tentu sangat bertentangan dengan radikalisme. Nilai-nilai Islam yang diajarkan Rasulullah merupakan nilai-nilai yang universal yang sejatinya dapat diterima oleh semua kalangan melalui akal pikiran maupun hati nurani, dan bukan dengan paksaan. Karena di dalam al-Quran sendiri telah ditegaskan bahwa tidak ada paksaan dalam agama.<br /><br />Terlebih kita meyakini bahwa soal hidayah adalah urusan Allah, dan bahkan Rasulullah pun tidak memiliki kewenangan untuk itu. Jadi apalah artinya paksaan dalam menjalankan agama, kalau Allah memang belum memberikan hidayah-Nya. Sehingga dengan demikian, radikalisme memang tidak sedikitpun mendapat tempat di dalam agama Islam.<br /><br />Jadi, radikalisme harus diberantas bukan saja berlandaskan alasan-alasan nasionalitas, melainkan juga berdasarkan alasan-alasan agama Islam itu sendiri. <br /><br />Namun di lain sisi, bahwa salah satu penyebab munculnya paham radikalisme yang lahir dari pemahaman ajaran agama Islam, itu memang harus kita akui secara jujur. Namun ini tidak dapat diartikan bahwa ajaran Islamnya yang salah, melainkan pemahaman terhadap ajaran Islam tersebut yang mungkin keliru. <br /><br />Pemahaman ajaran Islam yang mungkin keliru ataupun diselewengkan itu memang harus diberikan pencerahan melalui pemahaman tandingan. Maka dalam konteks ini, pemikiran moderat bisa menjadi jalan keluarnya. Pemikiran moderat yang memang lahir dari pendalaman, penafsiran dan penghayatan terhadap ajaran agama Islam itu sendiri, bukan pemikiran moderat yang lahir dari ajaran-ajaran nasionalisme. Karena biasanya, kelompok-kelompok yang memahami ajaran Islam secara radikal itu susah menerima argumentasi-argumentasi yang dibangun dari ajaran nasionalisme. <br /><br />Maka di sinilah peranan penting dakwah dalam memberantas paham-paham radikal yang muncul dari kalangan umat Islam. Dakwah yang dibangun adalah berbasis pada ilmu, seperti yang telah dicontohkan dan dilakukan oleh para ulama terdahulu. Dengan kedalaman ilmunya, para ulama terdahulu sebut saja seperti Imam Syafi’i atupun Imam al-Ghazali, mampu menghalau pemikiran-pemikiran yang melenceng dari ajaran Islam sesungguhnya.<br /><br />Hal ini tentu tidak hanya menjadi pekerjaan pemerintah dalam memerangi paham radikalisme, melainkan juga pekerjaan semua pihak, terutama para ulama. Dakwah-dakwah dengan ilmu dan tindakan persuasif lah yang harus dikedepankan. Bahkan dalam bahasa yang sedikit berlebihan, berkembang pesatnya paham radikalisme ini seharusnya menjadi “tamparan” bagi para ulama. <br /><br />Tindakan Represif<br /><br />Terkait dengan kasus pemblokiran laman situs-situs yang dianggap radikal tadi, tindakan pemerintah tersebut dapat dikategorikan sebagai tindakan represif. Tentu tindakan represif ini tidak dapat dibenarkan dalam konteks Indonesia sebagai negara demokrasi dan negara hukum. <br /><br />Dari sisi demokrasi, tindakan represif ini jelas sangat bertentangan dengan semangat demokrasi, terlebih yang kita bangun pascareformasi. Jika tindakan represif ini dilakukan pemerintah saat ini, lantas apa bedanya dengan rezim orde sebelumnya yang juga represif. Jika kebebasan pers dikekang sampai pada tindakan pembredelan, lantas apa bedanya dengan situasi sebelum reformasi. Padahal salah satu dari semangat reformasi adalah dibukanya kebebasan pers. <br /><br />Dalam negara demokrasi, semua warga negara diberi kebebasan berekspresi, berpikir, menyatakan pendapat, bahkan melakukan kritik terhadap pemerintahan yang sedang berkuasa sekalipun. Sehingga dalam konteks ini, seharusnya umat Islam pun dapat merasakan atmosfer demokrasi seperti itu. Terlabih mayoritas warga negara dan penduduk Indonesia adalah beragama Islam. Bukan malah umat Islam mengalami tindakan diskriminasi dan intoleransi di dalam negara yang notabene negara Muslim terbesar di dunia. Dengan kata lain, jangan sampai agenda deradikalisasi justru berubah menjadi deislamisasi.<br /><br />Bahwa kebebasan berekspresi dan berpendapat tersebut harus diikat di dalam sebuah kepentingan nasional, maka dalam hal ini penulis pun sepakat. Sebagai contoh, kebebasan berekspresi dan berpendapat tidak berlaku bagi pahaman komunisme di negeri ini, karena penyebaran paham itu memang telah dilarang oleh peraturan perundang-undangan. Di sinilah peranan hukum dan pentingnya keseimbangan antara negara demokrasi dan negara hukum.<br /><br />Maka dari sisi hukum, proses penutupan laman situs-situs tersebut pun seharusnya sesuai dengan prosedur hukum yang berlaku. Namun sayangnya, proses penutupan tersebut telah melompati prosedur hukum yang ada. Seharusnya penutupan dilakukan atas izin hakim melalui mekanisme peradilan, setelah sebelumnya tentu disertai dengan bukti-bukti hukum bahwa laman situs tersebut memang melanggar undang-undang. Bukan malah ditutup secara sepihak, bahkan pemilik laman situsnya pun tidak menerima peringatan terlebih dahulu.<br /><br />Dengan demikian, jika upaya deradikalisasi ini justru dilakukan dengan cara-cara yang represif, penulis meyakini bahwa upaya tersebut akan sia-sia saja. Bahkan dengan cara-cara yang represif ini, justru akan menumbuh-subuhkan radikalisme itu sendiri. Mengapa demikian? Hal ini karena kelompok-kelompok yang berpaham radikal tersebut merasa didzalimi atau merasa berada di dalam pemerintahan yang dzalim. Sehingga demikian, semangat “jihad” pun semakin berkobar dan menggelora untuk melakukan tindakan radikal.<br /><br />Alhasil, terhadap laman situs-situs yang diblokir—terlepas dari apakah laman situs-situs tersebut memang mengandung unsur-unsur yang menyerukan kepada radikalisme atau tidak—seharusnya pemerintah tetap bisa melakukan tindakan-tindakan persuasif. Jika pemerintah bersikukuh bahwa laman situs-situs tersebut memang memuat konten yang mengandung unsur radikalisme—meski menurut penulis tidak semua situs yang diblokir itu sebenarnya murni berpaham radikal—lalu menutupnya secara represif, maka ini artinya “radikalisme” dilawan dengan “radikalisme”. Padahal radikalisme tidak dapat diselesaikan dengan radikalisme, karena hanya akan semakin memperkeruh suasana. <i>Wallahu’alam</i>.[]</span><br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><b>Oleh: Ahmad Sadzali</b><br /></span></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/17487580474045876588noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7316231052725710873.post-25963651171827392862015-04-14T00:02:00.001-07:002015-04-14T00:05:12.178-07:00Budaya Birokrasi Korup<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhUHH-IF-uBh2eRm4xGw_4xkBJyFGkz5ybbj6J2BfGyz1DM1ZFRvNx8jfm8dcwBSKaw6pHZGe-bFVntgEt0BDdoTmjxakMoEDVuN0GOv10VJV___EY2bl9DsJ3BdoPaOjfzOnyOakE_zOUC/s1600/korupsi-uang-rakyat.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhUHH-IF-uBh2eRm4xGw_4xkBJyFGkz5ybbj6J2BfGyz1DM1ZFRvNx8jfm8dcwBSKaw6pHZGe-bFVntgEt0BDdoTmjxakMoEDVuN0GOv10VJV___EY2bl9DsJ3BdoPaOjfzOnyOakE_zOUC/s1600/korupsi-uang-rakyat.jpg" height="230" width="320" /></a><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Beberapa saat lagi kita memasuki era kepemimpinan baru. Era di ana harapan baru juga muncul di tengah rakyat Indonesia. Tidak ada salahnya untuk terus berharap adanya perbaikan di negeri ini. Harapan yang baik tentu dituangkan melalui keikutsertaan dalam Pemilu mendatang. Karena harapan jika diiringi dengan aksi golongan putih (Golput) tidaklah berarti apa-apa.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Banyak harapan yang muncul menjelang regenerasi kepemimpinan nasional ini. Sekian banyak harapan tersebut berujung adanya perbaikan dalam segala bidang. Namun ada hal yang mendasar yang perlu diperbaiki terlebih dahulu, jika kita memang ingin mengadakan perbaikan yang serius. Hal tersebut adalah perbaikan di bidang birokrasi.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Pasalnya, walau bagaimanapun kita meneriakkan perubahan, perbaikan, peningkatan kesejahteraan publik, kepastian hukum, kemakmuran, kesejahteraan, dan seterusnya, jika tanpa diawali dengan langkah dasar melakukan perbaikan birokrasi, hasilnya akan nihil. Semua harapan dan teriakan tersebut tidak akan terwujud, selama birokasi korup di negeri ini masih membudaya.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Buktinya, sudah lebih dari satu setengah dekade reformasi di negeri kita ini bergulir, hasilnya tak ada perbaikan signifikan yang kita rasakan. Mirisnya, belakangan ini malah banyak lelucon anekdot, baik itu ditulis di kaos oblong, stiker, maupun media lainnya, yang menyatakan bahwa era Orde Baru lebih enak dan baik dari sekarang. Ada juga tulisan, “Seandainya pak Harto mencapres lagi, kupilih!”</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Padahal, soal penyakit birokrasi antara masa Orde Baru dan era reformasi saat ini tidak jauh berbeda. Penyakit utamanya hampir sama. Cuma kemasannya yang berubah.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Di masa Orde Baru, wajah birokrasi negara kita didominasi oleh Golongan Karya (Golkar) dan ABRI. Semua PNS wajib menjadi anggota Golkar. Pada dasarnya Golkar memang tidak ingin disebut sebagai partai politik, melainkan lebih sebagai himpunan pekerja karya yang mengabdi kepada rakyat.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Mengingat fungsi Golkar yang juga sebagai partai politik, akhirnya kebijakan yang keluar dari corong birokrasi yang dimonopoli tadi lebih berpihak kepada kepentingan suatu golongan tertentu saja. Birokrasi akhirnya menjadi alat untuk mobilisasi massa guna mendukung dan memenangkan Soeharto di setiap Pemilu. Sistem birokrasi ketika itu sudah menganut monoloyalitas kepada Golkar.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">William Liddle menyebut penyakit Orde Baru ini ke dalam tiga hal, yaitu: 1) kantor kepresidenan yang kuat; 2) militer yang dibiarkan berpolitik; 3) birokrasi sebagai pusat pengambil kebijakan publik.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Kantor kepresidenan yang kuat ini berimplikasi pada pelemahan fungsi parlemen dan partai politik. Kontrol lembaga legislatif terhadap eksekutif seakan menjadi seekor singa yang tak bertaring. Di sinilah biangnya yang sering kita sebut sebagai pemerintahan otoriter.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Kemudian untuk semakin memperlemah partai politik di parlemen, militer pun dibiarkan berpolitik. Tujuan lainnya adalah untuk memperkuat dan memperkokoh kedudukan Soeharto dalam setiap Pemilu presiden. Suatu kebijakan yang sangat bertentangan dengan prinsip sang Proklamator, Soekarno, bahwa militer tidak boleh berpolitik. Tugas militer hanyalah menjaga stabilitas keamanan negara.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Indonesia Corruption Watch (ICW) pernah merilis laporannya pada 2000. Di masa Orde Baru banyak sekali terjadi praktik Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) dalam lingkup birokrasi, terutama yang berkaitan dengan kebijakan publik. Sementara itu, hasil penelitian dari PERC (Political and Economic Risk Consultancy) yang juga pada 2000, menunjukkan bahwa Indonesia sebagai negara korupsi tertinggi di kawasan Asia Tenggara.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Lantas bagaimana dengan kabar birokrasi kita di era reformasi?</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Reformasi memang membawa cukup banyak perubahan, baik dalam amandemen konstitusi, kebebasan pers dan berpendapat, dan sebagainya. Indonesia seperti seekor burung yang lepas dari sangkarnya, menghirup udara bebas. Monoloyalitas terhadap satu partai atau golongan sudah lenyap.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Salah satu barometer untuk mengukur bagus tidaknya birokrasi yang tengah berjalan di negeri kita ini adalah dengan melihatnya dari angka korupsi di kalangan birokrat. Jika dilihat berdasarkan Indeks Persepsi Korupsi Indonesia pada 2010, ternyata tingkat korupsi di negara kita masih tinggi.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Di era reformasi, birokrasi justru menjadi sumber pemborosan biaya anggaran negara. Tercatat, di hampir 450-an kabupaten/kotamadya di Indonesia, sebanyak 70 persen anggaran daerah dikeluarkan untuk belanja pegawai. Akhirnya pembangunan daerah menjadi relatif lambat, akibat korban dari pemborosan tadi.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Soal persepsi dan framework yang ada di kalangan pegawai birokrat pun masih menjadi masalah klasik yang hingga kini belum terselesaikan. Persepsi itu bahkan semakin berkembang, hingga muncul anggapan di tengah masyarakat bahwa menjadi seorang pegawai negeri sipil (PNS) atau pegawai birokrat itu suatu hal yang prestisius, terutama untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Ketika sudah menjadi pegawai birokrat, ternyata banyak juga yang lupa bahwa mereka itu digaji dari uang rakyat. Selama ini banyak dari mereka yang beranggapan bahwa gaji tersebut berasal dari pemerintah. Akibatnya, pelayanan publik pun menjadi tidak maksimal. Rakyat yang seharusnya menjadi tuan yang mesti dilayani dengan baik, justru ‘wajib’ hormat kepada pejabat birokrat.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Publik selalu dijadikan sebagai objek kepentingan para pejabat birokrat. Untuk mengeluarkan kebijakan pelayanan publik, masih banyak hitung-hitungan untung-rugi bagi kelompok tertentu. Ini semua disebabkan rendahnya rasa pertanggungjawaban pejabat birokrat kepada publik. Mereka merasa bertanggung jawab kepada atasannya saja.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Lebih jauh lagi, birokrasi yang seharusnya apolitik, di era reformasi justru berubah menjadi birokrasi politik. Artinya birokrasi sudah sarat dengan pertimbangan politik dan kepentingan partai politik tertentu. Birokrasi dijadikan barang dagangan politik. Yang menjadi pemain adalah para elit politik, lembaga eksekutif, legislatif hingga yudikatif, plus para pengusaha. Buktinya, sekarang korupsi sudah masuk sampai kepada ketua Parpol, bahkan Mahkamah Konstitusi.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Lagi-lagi rakyat yang menjadi korban rusaknya birokrasi di negeri ini. Perbaikan yang diharapkan seluruh rakyat Indonesia sejak awal reformasi lalu, ternyata nihil. Tidak sedikit rakyat yang hampir atau bahkan sudah pesimis memandang masa depan negara ini, bahkan hingga pelaksanaan Pemilu sudah di ambang pintu.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sekarang di masa-masa kampanye, menjadi tugas Parpol untuk menumbuhkan harapan itu lagi. Partai apa pun pemenang Pemilu nanti, sudah seharusnya benar-benar melakukan reformasi birokrasi yang sesungguhnya. Reformasi birokrasi tidak cukup hanya dilakukan dengan pengubah aturan-aturan dan mekanisme kerja saja, melainkan harus beranjak dari reformasi persepsi dan framework. Wallahu’alam.[]</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b>Oleh: Ahmad Sadzali</b></span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><i>Dimuat di harian Banjarmasin Post pada Selasa, 25 Maret 2014.</i></span></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/17487580474045876588noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7316231052725710873.post-31127951039000950832013-11-06T14:04:00.002-08:002013-11-06T14:04:15.268-08:00Wahai!<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi2J9uASH-NU8rWVwxrdCh3kxaw5g1l7PoFuq3jxBhlSVgeH5TONzUPkzzUKfL1-mM8pklc6mB-sRxm5fib_MIlc3RKemNKUv8h2gqKgwLFi3cocZc4IutL_sk62xgvmfxL1oqiTf_iASOC/s1600/kursi.jpeg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="282" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi2J9uASH-NU8rWVwxrdCh3kxaw5g1l7PoFuq3jxBhlSVgeH5TONzUPkzzUKfL1-mM8pklc6mB-sRxm5fib_MIlc3RKemNKUv8h2gqKgwLFi3cocZc4IutL_sk62xgvmfxL1oqiTf_iASOC/s320/kursi.jpeg" width="320" /></a></div>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Wahai!</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Tatkala jiwa ini redup dalam kelaliman penguasa</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Kami harus berjuang hancurkan kokohnya dinding derita</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Saat tidak ada lagi rasa sesama</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Bak menghantam detak jantung di dada</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Wahai!</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Nikmat sekali hidup dalam cawang raksasa</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Tak ada sengsara yang dirasa</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Wahai!</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Kami semua menunggu laksana</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Perubahan nasib yang menjadi nyata</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><i>Shaqr</i> (24/12/12)</span><br />
<div>
<br /></div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/17487580474045876588noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7316231052725710873.post-61749810749453672832013-09-19T09:15:00.000-07:002013-09-19T09:16:33.345-07:00Kontroversi Cinta<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgFCGXBmj9_WlH7QOZ9xolf7t8bVQR9IUjqf-jld6_wcIgLPNS7N8DkXAMDC8Yv4W-U-dHKeIA8Wx8ORtCjlDE4cpGfeCspLjOZcI8vc1wGdXb6hFOpPkoF4-E8urtGeKzJC5dOqUcOSu-g/s1600/cinta+2.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgFCGXBmj9_WlH7QOZ9xolf7t8bVQR9IUjqf-jld6_wcIgLPNS7N8DkXAMDC8Yv4W-U-dHKeIA8Wx8ORtCjlDE4cpGfeCspLjOZcI8vc1wGdXb6hFOpPkoF4-E8urtGeKzJC5dOqUcOSu-g/s1600/cinta+2.jpg" /></a></div>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Manusia hidup dalam segudang eskalasi masalah</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">layaknya mata rantai simbiosis yang tak pernah putus</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">pupus dan lumpuh di dalam genangan kimialistik limbah</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">menghadapinya adalah tindakan solutif utama</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">bukan malah lari bak dikejar material vulkanik </span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Molekul masalah ini melekat dalam special relationship</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">tentu juga menerpa senyawa ABCD di bawah MoU planetarium</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">prosesi ju aju biasanya mewarnasisasi senyawa ABCD tadi</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">namun tak lama, senyawa itu kembali mengalami adaptasi</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Rekonsiliasi ini membuahkan harmonisasi perasaan</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">menghilangkan setiap kesenjangan problematika hubungan</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">cukup dianggap sebagai parodisasi hedonisme duniawi</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">virus itu tak dapat berfotosintesis dalam skup lebih luas</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Fenomenologi kontroversi ini lumrah dan wajar adanya</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">ia bagian dari eksperimen realitas kehidupan manusia</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">fase-fase ini secara mandiri akan mengalami kristalisasi</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">perlu komitmen pada negosiasi tanpa harus ada mobilisasi</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Labilitas jiwa memang menempati terminal khusus</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">ekonomisasi ataupun materialisasi kadang menjadi kasus</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">tapi jika senyawa tadi sudah diinstall anti virus</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">niscaya faktor tadi dapat teratasi dan kembali harmonis</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Begitulah kontroversi cinta</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">wujudnya bagai parasitisme cinta</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">kadang dapat mengaputasi cinta</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">but also kadang be the glue bagi cinta </span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><i>Tanah Tandus Shaqr, 19 September 2013</i></span></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/17487580474045876588noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7316231052725710873.post-9335485095582181912013-08-20T02:07:00.002-07:002013-08-20T02:07:35.158-07:00Pelajaran Penting dari Kudeta Mesir Bag. II<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjAx4L5SkB_3gS-maTCsolCFUmhwnTwanIFoTvu1E8OVcY1nMSFofFePHe-CM4c2Vi_TOK5vAhMe_kSSg1yZ3bFg2spVFq7VOPtwbNutPKkGT45bRnS4i-l9AMLIMFhDdDiP_GoBulSfRck/s1600/darurat+Mesir.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="239" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjAx4L5SkB_3gS-maTCsolCFUmhwnTwanIFoTvu1E8OVcY1nMSFofFePHe-CM4c2Vi_TOK5vAhMe_kSSg1yZ3bFg2spVFq7VOPtwbNutPKkGT45bRnS4i-l9AMLIMFhDdDiP_GoBulSfRck/s320/darurat+Mesir.jpg" width="320" /></a></div>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Kudeta di Mesir terhadap presiden terpilih secara demokratis pada tanggal 3 Juli 2013 lalu sentak menjadi perhatian seluruh dunia. Pro kontra tentang kudeta tersebut pun lantas menghiasi wacana berpikir setiap orang yang mengikuti beritanya. Pertikaian opini dan argument tentu tidak dapat terelakkan lagi. Banyak sekali pelajaran yang dapat kita petik dari kisruh kudeta ini.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Pada catatan Pelajaran Penting dari Kudeta Mesir bagian pertama saya membahas soal provokasi dan propaganda yang dilakukan oleh pendukung Presiden Muhammad Mursi dan Ikhwanul Muslimin. Propaganda tersebut menjadi penting untuk dibahas, karena jika dibiarkan berkeliaran, bisa bermutasi menjadi politisasi agama. Alias “menjual” simbol-simbol agama demi kekuasaan politik. Karena kisruh dan konflik yang terjadi di Mesir pada dasarnya adalah perkara politik, bukan perkara agama. Pasalnya jika disebut konflik ini adalah perkara agama, lantas siapa yang musuh dan siapa yang kawan? Apakah umat Islam sudah saling bermusuhan?</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Kali ini saya berusaha membahas propaganda dan provokasi dari kubu sebelah, yaitu kubu pro kudeta. Karena pada realitanya yang terjadi di Mesir saat ini adalah perang propaganda yang dilancarkan berbagai media massa. Media yang pro Mursi melancarkan propagandanya sendiri, dan media yang pro kudeta pun demikian. Masing-masing memiliki propaganda. Sehingga tidak adil jika propaganda yang kita kritik hanya propaganda dari kubu pro Mursi saja.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Ada beberapa poin dari propaganda pro kudeta yang saya perhatikan. Propaganda ini bahkan sudah ada sejak sebelum kudeta. </span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><i><b>Pertama,</b></i> stigma Ikhwanisasi yang dilakukan oleh pemerintahan Presiden Mursi. Titik tolak stigma ini bisa kita amati sejak dikeluarkannya Dekrit Presiden Mursi pada bulan November 2012 silam. Dengan Dekrit itu, Mursi kemudian dinilai telah menerapkan diktatorisme model baru di Mesir pasca revolusi. Pasalnya, tujuan utama Dekrit tersebut diselewengkan menjadi ambisi kekuasaan yang tak terbatas.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Padahal maksud utama dari Dekrit tersebut adalah untuk melindungi konstitusi. Parlemen yang terpilih secara demokrasi melalui Pemilu legislatif telah dibubarkan oleh Dewan Militer. Alasannya, Pemilu legislatif yang telah dilakukan tersebut telah melanggar konstitusi. Dengan dibubarkannya Parlemen yang mayoritas dikuasai oleh kelomok Islamis tersebut, terang saja menjadi ancaman terhadap konstitusi Mesir yang baru.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Melalui Dekrit tersebut, Presiden Mursi kemudian membentuk suatu Komite Konstituante yang bertugas untuk merancang konstitusi. Selanjutnya untuk memastikan rancangan konstitusi tersebut diterima oleh rakyat atau tidak, Presiden Mursi memutuskan untuk menggelar referendum. Dalam referendum ini, kekuatan politik Ikhwanul Muslimin sekali lagi terbukti, setelah sebelumnya memenangkan Pemilu legislatif dan presiden sekaligus. Hasilnya, 63,83% atau 10.693.911 suara menyatakan setuju terhadap rancangan konstitusi tersebut. Sementara 36,17% atau 6.061.011 suara saja yang menolaknya. Jumlah partisipasi referendum seluruhnya sebanyak 17.058.317 pemilih.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Indikasi lain dari wacana Ikhwanisasi yang dituduhkan terhadap pemerintahan Presiden Mursi adalah anggapan bahwa Mursi tidak mau membagi kekuasaannya. Padahal awal-awal terpilihnya Mursi, saya mendengar wacana bahwa Mursi akan mengangkat wakil presiden dari tiga golongan, yaitu perempuan, Kristen Koptik dan Islam. Calon Perdana Menteri pun digayang-gayang ketika itu akan jatuh di tangan Muhammad Elbaradei. Namun entah kenapa rencana Mursi tersebut ternyata tidak terlaksana.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><i><b>Kedua,</b></i> penilaian sepihak dan tidak berimbang terhadap kinerja Presiden Mursi. Hasil-hasil positif yang diraih oleh pemerintahan Mursi seperti stabilitas ekonomi dan peningkatan pedapatan negara melalui Terusan Suez ataupun pariwisata, diabaikan begitu saja. Sementara segala kegagalan pemerintahan Presiden Mursi diekspos secara berlebihan. Stigma yang muncul kemudian, bahwa pemerintahan Presiden Mursi telah gagal dalam menjalankan pemerintahan.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Tidak hanya itu, gangguan yang bertubi-tubi terhadap pemerintah Mursi terus-menerus dilancarkan dari kubu sekuler-liberal maupun loyalis rezim Husni Mubarak yang masih bercokol di beberapa pos penting. Fakta nyata adalah berbagai sabotase yang dilakukan terhadap fasilitas publik, seperti seringnya pemadaman listrik, kekosongan bahan bakar, maupun aliran air yang tidak lancar. Bukti bahwa itu semua sabotase adalah, pasca turunnya Presiden Mursi, semua krisis fasilitas publik tersebut hilang dengan sekejap.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Dengan kondisi ini semua, beberapa orang Mesir yang saya tanyai tentang kinerja pemerintahan Mursi lantas begumam, “Masa Mubarak lebih baik dari masa Mursi sekarang.”</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Dapat dibayangkan, satu tahun pemerintahan Mursi itu penuh dengan berbagai tuntutan dari rakyat untuk memperbaiki kondisi dalam negeri. Waktu satu tahun tentu tidaklah cukup untuk menyelesaikan segala permasalahan Mesir.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><i><b>Ketiga,</b></i> kekompakan media massa untuk menyudutkan Presiden Mursi. Media-media nasional Mesir, berkolaborasi dengan Gerakan Tamarud dan Front Penyelamatan Nasional, bersama-sama mengeroyok Presiden Mursi. Isu-isu yang sudah terbangun sebelumnya, semakin digencarkan lagi melalui berbagai media massa. Bahkan rencana demonstrasi massal menuntut turunnya Mursi pada tanggal 30 Juni 2013 secara terang-terangan diiklankan di berbagai televisi nasional Mesir ataupun televisi swasta yang disinyalir milik kubu sekuler.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><i><b>Keempat,</b></i> adanya peranan Amerika Serikat terhadap propaganda media untuk menyudutkan pemerintah Mursi. Pada tanggal 12 Juli 2013, Aljazeera merilis laporan yang mengatakan bahwa puluhan dokumen pemerintah Amerika Serikat mengkonfirmasikan bahwa Washington telah mendanai politisi oposisi yang menyerukan penggulingan Presiden Mursi. Dana tersebut disalurkan melalui program Departemen Luar Negeri Amerika Serikat dalam rangka promosi demokrasi di Timur Tengah.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Di antara saluran dana dari Amerika tersebut masuk ke Front Penyelamatan Nasional, orang-orang Kristen Koptik yang berada di luar negeri, dan anggota oposisi lainnya. Laporan ini juga diperjelas dengan menunjukkan nama dan dokumen dalam jumlah besar yang diperoleh oleh penentang Mursi untuk dapat memobilisasi opini publik melalui media, situs jejaring sosial dan lainnya.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><i><b>Kelima,</b></i> fenomena pembakaran gereja dan beberapa fasilitas negara yang selanjutnya dituduhkan kepada Ikhwanul Muslimin sebagai pelakunya. Meski secara jujur saya masih tidak berani memastikan siapa sebenarnya dalang di balik semua itu, namun secara logika hal tersebut masih menyisakan ruang kritis. Penemuan berbagai senjata api, peluru dan bom molotov di Rabiah Adawiyah pasca penggusuran demonstran juga masih dapat dikritisi. Intinya, segala konspirasi dan manipulasi mungkin saja dilakukan guna menyudutkan Ikhwanul Muslimin. </span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Alasan inilah yang dipakai untuk menggunakan kekerasan terhadap demonstran pro Mursi. Pembantaian yang terjadi terhadap demonstran pro Mursi ini setidaknya semakin mempersempit upaya rekonsiliasi yang dilakukan oleh al-Azhar dan pihak lainnya dari kubu Darul Hikmah.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><i><b>Keenam, </b></i>penyematan gelar “teroris” yang begitu cepat terhadap Ikhwanul Muslimin. Menurut saya ini hal teraneh yang pernah saya temukan di Mesir. Memang tidak menutup kemungkinan ada dari kelompok Ikhwanul Muslimin yang berasal dari golongan ekstrimis yang bisa saja mempersenjatai diri mereka. Akan tetapi yang jelas tidak dapat diterima akal sehat adalah generalisir sematan tersebut. Sehingga hasilnya, seluruh anggota Ikhwanul Muslimin adalah teroris. Padahal di dalam tubuh organisasi ini juga ada ulama-ulama al-Azhar. </span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Penyematan gelar “teroris” ini sesungguhnya sudah masuk pada tarap deikhwanisasi. Ikhwanul Muslimin sepertinya ingin benar-benar dilenyapkan dari bumi Mesir. Padahal al-Azhar sudah berkali-kali memperingatkan militer dan pemerintah interim untuk membekaskan para petinggi Ikhwanul Muslimin, dengan alasan persamaan hak dalam partisipasi politik bagi seluruh rakyat Mesir.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Terkait dengan penanganan demonstran, al-Azhar sudah memberikan penjelasan dan himbauan kepada keamanan dan militer Mesir agar dapat membedakan antara demonstran yang rusuh dan bersenjata dengan demonstran yang damai.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<b><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Lantas perlukan membenci dan bersikap anti terhadap militer Mesir?</span></b><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sejauh tindakan militer tersebut di luar batas kemanusiaan, maka tentu kita tidak bisa menerimanya. Siapapun akan bersalah dan disalahkan jika membunuh orang tanpa sebab yang syar’i, apalagi sesama Muslim. Jangankan darah seorang Muslim, darah orang kafir pun haram selama mereka tidak mememerangi kita.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Militer memang bisa salah dan berbuat ceroboh. Akan tetapi yang perlu kita garisbawahi adalah, tidak serta merta karena kesalahannya itu kita lantas membeci dan anti militer secara frontal. Walau bagaimanapun, seperti yang dikatakan oleh Syaikh Yusri Jabir, militer Mesir adalah orang yang paling terdepan jika berperang melawan Yahudi Israel. </span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Masih banyak tentunya pelajaran yang bisa diambil dari kisruh politik Mesir ini. Intinya adalah, setiap kubu di sini memiliki propagandanya masing-masing. Simpang siur berita dan infromasi pun kerap terjadi. Inilah yang disebut dengan zaman fitnah. Jadi kita harus selalu waspada dan hati-hati. Wallahu’alam.[]</span><br />
<b><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Oleh: Ahmad Sadzali</span></b><br />
<br /></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/17487580474045876588noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7316231052725710873.post-3391099954365645412013-08-19T10:39:00.002-07:002013-08-20T16:16:05.307-07:00Pelajaran Penting dari Kudeta Mesir Bag. I<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://4.bp.blogspot.com/-qdqpkHCt5ek/UhJYNCqDYtI/AAAAAAAAAQU/Oc9YyMhYIYQ/s1600/bentrok+Mesir.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="189" src="http://4.bp.blogspot.com/-qdqpkHCt5ek/UhJYNCqDYtI/AAAAAAAAAQU/Oc9YyMhYIYQ/s320/bentrok+Mesir.jpg" width="320" /></a></div>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Kudeta Militer tanggal 3 Juli 2013 lalu telah menorehkan sejarah baru dalam percaturan politik dunia. Kudeta itu telah mencoreng sistem demokrasi yang tengah dijalankan Mesir dan digemborkan oleh dunia Barat, khususnya Amerika Serikat. Namun anehnya, Amerika Serikat sebagai negara pengkampanye demokrasi sendiri masih bungkam untuk mengatakan bahwa yang terjadi terhadap Presiden terpilih Dr. Muhammad Mursi itu sebagai bentuk kudeta. </span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Banyak sekali pelajaran yang dapat kita ambil dari peristiwa bersejarah di Mesir tersebut. Bukan hanya rakyat Mesir sendiri yang merasakannya, namun seluruh umat Islam dan dunia internasional. Berikut ini penulis berusaha menganalisa pelajaran-pelajaran penting tersebut, berlandaskan pada observasi pribadi.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><i><b>Pertama,</b></i> logika demokrasi sudah mengalahkan logika syariat. Ketika Presiden Dr. Muhammad Mursi dikudeta oleh militer Mesir dengan dukungan aksi demonstrasi besar pada 30 Juni 2013, para pendukung Mursi dan Ikhwanul Muslimin serentak mengatakan tindakan militer itu melanggar demokrasi. Tidak hanya yang berada di Mesir, umat Islam yang berada di berbagai penjuru dunia pun, termasuk di Indonesia, tersentak dengan pristiwa itu. Karena memang benar tindakan kudeta itu sangat bertentangan dengan demokrasi, lantas mereka pun menentang militer Mesir.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Logika demokrasi memang mengatakan bahwa kekuasaan itu dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Artinya yang memberika kekuasaan dalam logika demokrasi adalah rakyat. Makanya muncul istilah suara rakyat suara Tuhan. Berdasarkan logika ini, lantas pendukung Mursi dan Ikhwanul Muslimin selalu melawan tindakan kudeta dan berdemonstrasi menuntut kekuasaan Mursi dikembalikan dengan dalih demokrasi dan menuntut keadilan.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Padahal logika syariat jelas tidak berkata seperti itu. Berdasarkan logika syariat, kekuasaan itu tentu berasal dari Allah SWT. Yang memberikan dan mencabut kekuasaan adalah Allah SWT. Nas al-Quran sangat jelas dan tegas menyatakan seperti itu. <i>"Katakanlah (Muhammad), "Wahai Tuhan pemilik kekuasaan, Engkau berikan kekuasaan kepada siapapun yang Engkau kehendaki, dan Engkau cabut kekuasaan dari siapapun yang Engkau kehendaki."</i></span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Jadi jelas, logika syariat akan mengatakan bahwa kekuasaan Presiden Mursi itu bukan dicabut oleh kudeta militer, melainkan Allah SWT yang mencabutnya. Pencabutan kekuasaan ini mungkin seperti kematian, Allah SWT Yang Maha Berkehendak.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Tidak salah memang upaya dan perjuangan untuk mendapatkan kekuasaan. Namun jika ingin mendapatkan kembali kekuasaan tersebut, mari mengikuti aturan yang sudah ditetapkan lagi. Sehingga perjuangan politik Islam yang sejati dan ambisi rakus kekuasaan tidak terlihat tipis perbedaannya. Jika memang Allah SWT menghendaki kekuasaan itu kembali ke tangan Ikhwanul Muslimin, niscaya kekuasaan itu akan kembali lagi.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Namun jika jalur yang ditempuh untuk merebut kembali kekuasaan itu adalah dengan berdemonstrasi terus menerus, yang ada justru hanya ngotot-ngototan mempertahankan sikap setiap golongan, sementara mudaratnya semakin tinggi. Terbukti, korban jiwa yang sudah jatuh sudah ratusan lebih.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><i><b>Kedua,</b></i> ukhuwah Islamiah terbukti sangat kuat sekali. Melihat kelompok Islamis Ikhwanul Muslimin didzalimi militer Mesir, serentak umat Islam diberbagai penjuru dunia melontarkan kecaman terhadap militer Mesir. </span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Namun sayangnya, ukhuwah Islamiah yang begitu kuat ini ternyata masih dipolitisi untuk ambisi politik. Krisis politik lantas dihubungkan dengan agama Islam, dengan alasan ukhuwah, jihad, dan lain sebagainya. </span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Oleh karena itulah, ulama-ulama al-Azhar lantas dengan tegas menyatakan bahwa kisruh politik Mesir saat ini tidak ada sangkut-pautnya dengan agama Islam. Jadi jangan bawa simbol-simbol Islam dalam perkara itu hanya untuk mencari simpati dari kekuatan ukhuwah Islamiah. Itu murni urusan politik dan perebutan kekuasaan. </span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Namun pernyataan ulama-ulama al-Azhar itu lantas banyak yang diselewengkan dan tidak dipahami secara benar. Pernyataan seperti itu lantas dibilang sekuler, liberal dan lain sebagainya. Asal mendengar politik tidak ada hubungannya dengan Islam, pernyataan miring seperti itu lantas meletus-letus. </span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Saya berusaha memahami dan memahamkan pendapat seperti itu. Sikap ulama-ulama Al-Azhar sebenarnya bukan pro-militer, tapi mengedepankan maslahat dan benar-benar berpegang pada prinsip syariat Islam. Adapun yang dibilang bahwa urusan Ikhwanul Muslimin dan krisis di Mesir sekarang ini memang benar tidak ada sangkut pautnya dengan agama Islam. Itu adalah masalah politik dan perebutan kekuasaan, tidak ada sangkut pautnya dengan agama. Apalagi membawa simbol-simbol agama, hanya untuk mencari simpati, seperti penggunaan istilah syahid dan jihad.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Namun sayangnya, terkadang di poin ini orang-orang yang salah menangkap dan memahaminya. Mendengar politik tidak ada hubungannya dengan agama, lantas pernyataan itu dinilai sekular atau liberal. Padahal yang dimaksud bukan demikian. Politik dan agama Islam itu sangat erat hubungannya. Gak bisa dipisahkan. Tapi, yang dimaksud para ulama al-Azhar itu adalah, KASUS yang terjadi sekarang, itu bukan perang agama atau perjuangan agama, melainkan perjuangan perebutan kekuasaan.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Dr. Muhammad Imarah pernah mengatakan soal hubungan negara dan agama Islam. Selama ini hubungan antara agama dan negara sepertinya hanya terbagi menjadi dua jenis: 1) penggabungan agama dan negara, yaitu menjadi negara teokrasi, seperti era Kegelapan Eropa dulu ketika negara dikuasai gereja. 2) sekuler, dimana agama dipisahkan dari negara. Sedangkan dalam Islam, sebenarnya tidak mengenal keduanya secara mutlak. </span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Untuk yang sekuler, dalam bahasa Arab biasanya disebut <i>fashlu din 'an daulah</i>. Yang benar dalam Islam itu, menurut Dr. Imarah, adalah<i> tamyiz din 'an daulah</i>. Istilah <i>tamyiz</i> seperti ini memang susah jika dicari terjemahannya ke dalam bahasa Indonesia. <i>Tamyiz</i> di sini maksudnya adalah filterasi atau pemilahan mana perkara yang merupakan bagian dari agama dan sekaligus negara atau politik, dan mana yang mursi bagian dari urusan negara atau politik.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Jadi, pendapat para ulama al-Azhar tentang kasus politik yang saat ini terjadi di Mesir, menurut hemat saya adalah bagian dari <i>tamyiz din 'an daulah</i>. Jadi tidak semua urusan politik lantas dikaitkan dengan Islam. Apalagi masalah kepentingan perebutan kekuasaan seperti ini, yang lantas mengatasnamakan agama untuk mendapat dukungan dan simpati, jelas keliru.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Jadi intinya, harus dibedakan antara KASUS dan KONSEP. Secara konsep, jelas Islam tidak terpisah dari negara dan politik. Tapi ini adalah kasus, yaitu kasus perebutan kekuasaan.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><i><b>Ketiga, </b></i>pengerucutan bahwa isu perjuangan syariat Islam hanyalah milik Ikhwanul Muslimin. Banyak dalih dan argumen yang dilontarkan pendukung Mursi untuk mencari simpati umat Islam. Salah satunya adalah dengan stigma bahwa Ikhwanul Muslimin digulingkan karena ingin menerapkan syariat Islam di Mesir. Dari stigma itu, umat Islam akan terkecoh sehingga menganggap bahwa perjuangan syariat Islam di Mesir hanyalah milik Ikhwanul Muslimin saja.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Stigma tersebut tentu tidak berdasar dan menimbulkan logical fallacy dalam pemikiran umat Islam. Sebab stigma bahwa hanya Ikhwanul Muslimin yang memperjuangkan syariat Islam di Mesir, stigma ini setidaknya sudah menafikan dan tidak menganggap peranan al-Azhar dan ulamanya, serta peranan kelompok Salafi. Selama ini, urusan syariat Islam di Mesir sangat dikawal ketat oleh al-Azhar. Al-Azhar dan kelompok Salafi juga turut menyetujui konstitusi berlandasakan syariat Islam yang sudah direferendum pada masa kepresidenan Mursi. Apalagi Salafi yang dengan ekstrem justru sangat memperjuangkan syariat Islam.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Jadi, stigma bahwa karena Ikhwanul Muslimin menjunjung tinggi syariat Islam lantas kekuasaan mereka digulingkan, secara tidak langsung mengatakan bahwa al-Azhar dan kelompok Salafi tidak melakukan hal itu.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Faktanya, ketika Presiden Mursi dikudeta, al-Azhar dan kelompok Salafi yang juga memperjuangkan syariat Islam juga turut menyetujui kudeta tersebut. Logikanya, seandainya Ikhwanul Muslimin digulingkan karena syariat Islam yang mereka terapkan, tentu al-Azhar dan kelompok Salafi tidak akan merestui kudeta tersebut.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Padahal seharusnya, semangat perjuangan syariat Islam haruslah milik semua umat Islam, apapun golongannya. Artinya, untuk memperjuangkan syariat Islam tidak harus masuk Ikhwanul Muslimin saja. Perjuangan ini masih bisa melalui jalur-jalur lainnya.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><i><b>Keempat,</b></i> pengerucutan isu bahwa perjuangan Palestina hanya milik Ikhwanul Muslimin. Selain isu perjuangan syariat Islam yang diangkat untuk mendulang simpati, isu tentang perjuangan Palestina juga diusung. Dianggap bahwa Ikhwanul Muslimin adalah kelompok Islam yang dengan tegas dan keras memperjuangkan Palestina. Sehingga turunnya Mursi dari tampuk kekuasaan juga disebabkan itu. Maka bagi umat Islam yang ingin melihat Palestina merdeka, ayo dukung Ikhwanul Muslimin.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Stigma ini juga berbahaya bagi perjuangan Palestina itu sendiri. Nanti seolah-olah perjuangan Palestina hanya milik Ikhwanul Muslimin saja, seperti halnya stigma perjuangan khilafah Islamiah hanyalah milik Hizbut Tahrir saja. Padahal tidak demikian.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Tidak dapat dinafikan, banyak rakyat Gaza dan Palestina yang suka dengan kepemimpinan Mursi. Perbatasan Rafa juga dibuka. Namun tidak lupa pula bahwa di era Mursi jugalah hampir semua terowongan bawah tanah antara Gaza dan Mesir diberangus. Padahal itu adalah jantung utama segala pasokan untuk rakyat Gaza selama ini.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Perjuangan sesungguhnya bagi rakyat Palestina sejatinya tidak cukup hanya dengan membuka perbatasan Rafah. Kunci utama masalah Palestina sebenarnya ada pada perjanjian Camp David. Jika ingin benar-benar memperjuangkan Palestina, maka batalkan perjanjian perdamaian Mesir-Israel itu. Tapi nyatanya hal itu tidak dilakukan oleh Mursi saat berkuasa. Dalam sebuah video amatir, saya bahkan pernah melihat keakraban Mursi dan petinggi Ikhwanul Muslimin dengan Jimmy Carter (salah satu penandatangan perjanjian Camp David) di kantor Ikhwanul Muslimin. Ada apa dengan ini?!</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Jika lantas stigma bahwa perjuangan Palestina ini hanyalah milik Ikhwanul Muslimin, hal ini juga menafikan kelompok lainnya yang juga dengan tegas memperjuangkan Palestina, salah satunya adalah al-Azhar. Apa kita tidak ingat bahwa Ismail Haniyah, pemimpin Gerakan Perlawanan Pelstina (Hamas), datang ke Mesir dan berpidato di atas mimbar masjid al-Azhar pada masa pemerintahan transisi Mesir pertama yang ketika itu masih dipegang militer, bukan di masa Mursi. Dan itu juga berkat al-Azhar sendiri.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Ketika itu Haniyah sangat yakin dan menggebu-gebu mengatakan bahwa kemerdekaan Palestina akan berawal dari mimbar al-Azhar tersebut, seperti halnya dulu Shalahuddin al-Ayyubi membebaskan Palestina.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Apakah benar bahwa hanya Ikhwanul Muslimin saja yang memperjuangkan Palestina, dan rakyat Mesir lainnya tidak? </span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Ada fakta yang mungkin terlihat aneh yang pernah saya alami. Ketika dulu saya kursus bahasa Turki, salah seorang teman saya orang Mesir bernama Hazim. Ketika itu menjelang pemilu legislatif di Mesir. Saya pun bertanya kepada Hazim tentang pendapatnya terhadap partai-partai Islam. Mungkin karena latarbelangkanya sebagai mahasiswa pariwisata dan sekaligus bekerja pemandu wisata di Museum Kairo, maka ia tidak mendukung partai Islam. Menurutnya, jika partai Islam berkuasa, nanti segala pariwisata yang berkaitan dengan peninggalan Mesir kuno dilarang karena dianggap sebagai berhala. Meski hal itu pada kenyataannya tidak terjadi.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Namun keanehan itu terjadi ketika saya menanyakan sikapnya tentang Camp David dan perang melawan Israel. Ia dengan menggebu-gebu dan panjang lebar mengatakan bahwa saya dan seluruh rakyat Mesir siap perang melawan Israel. Kita bisa lihat, tidak semua orang yang dianggap sekuler dan liberal di Mesir menyukai Israel. Jadi jelas soal anti Israel dan perjuangan Palestina tidak hanya milik Ikhwanul Muslimin saja.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><i><b>Kelima,</b></i> terlalu mudah menghukumi orang sebagai sekuler dan liberal. Di Mesir memang ada kelompok dan kubu sekuler dan liberal. Namun istilah ini ternyata menjadi semakin meluas dan mudah diucapkan. Rumusnya menjadi, setiap orang yang tidak mendukung perjuangan Ikhwanul Muslimin atau tidak sejalan dengan kelompok Islam adalah sekuler dan liberal. </span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Bagi umat Islam di Indonesia yang sudah sangat melek dengan bahaya sekularisme dan liberalisme, stigma liberal dan sekuler ini lantas terlihat angker terdengar dan bahaya sekali. Padahal ada yang perlu kita garisbawahi di sini, bahwa orang-orang sekuler dan liberal di Mesir tidak sama dengan orang-orang sekuler dan liberal di Indonesia.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Orang-orang sekuler dan liberal di Indonesia memang sudah pada tarap dekonstruksi konsep-konsep agama Islam. Mereka menyerang usuluddin Islam. Maka dari itu, kelompok sekuler dan liberal di Indonesia sangat berbahaya sekali.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sedangkan orang-orang sekuler dan liberal di Mesir, sependek pengamatan saya, tidak sampai seperti itu. Mereka tidak bakal menghantam apalagi mendekonstruksi Islam. Karena jika mereka melakukan hal itu, maka harus berhadapan dulu dengan ulama-ulama al-Azhar. Pemikiran liberal yang nyeleneh di Mesir seperti Nasr Hamid Abu Ziad yang mencoba medekonstruksi konsep al-Quran dengan hermeneutika, harus terpental dari Mesir. Soal agama Islam, al-Azhar sangat berperan dan gigih menjaganya. Jadi, orang sekuler dan liberal tidak bakalan mampu menggoyahkan konsep-konsep agama Islam.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Orang-orang sekuler dan liberal di Mesir, sejatinya yang saya pahami dari berbagai dialog dan wawancara dengan mereka, hanya menginginkan Mesir seperti Tukri. Mesir negara sekuler dalam artian agama Islam dan ajarannya tidak dilembagakan secara formal dalam bentuk konstitusi dan undang-undang.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><i><b>Keenam,</b></i> umat Islam masih ada yang kurang arif dan bijak dalam berbeda pendapat. Hal ini terlihat dari cacian dan makian yang dilontarkan terhadap para ulama dan al-Azhar yang mendukung kudeta. Saya pernah membaca status orang yang mengatakan bahwa lapangan bundaran Rabiah al-Adawiyah yang menjadi basis demonstrasi pendukung Mursi seharusnya menjadi contoh bagi peradaban Islam. Dalam batin saya mengatakan, penulis status itu lupa atau tidak tahu bahwa di tempat itu juga para ulama yang berseberangan pendapat dari mereka dihina dan dicaci.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Saya bahkan menyaksikannya secara langsung baik ketika berkunjung ke Rabiah al-Adawiyah pada demonstrasi pertama pendukung Ikhwanul Muslimin sekitar sepuluh hari sebelum tanggal demonstrasi anti Mursi pada tanggal 30 Juni 2013, maupaun mengamati lewat televisi yang disiarkan live oleh stasiun Aljazeera. Saya menyaksikan bagaimana Syaikh al-Azhar, Dr. Ahmad Thayyib, direndahkan dan dilecehkan martabatnya.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Tidak hanya itu, beberapa hari lalu ketika melintas di sekitar Rabiah al-Adawiyah, banyak coretan-coretan tembok yang dibuat oleh pendukung Mursi. Isi coret-coretan tersebut intinya menghina Jendral al-Sisi dengan mengatakan dia sebagai pembunuh dan pengkhianat. Tapi sayangnya, di antara coretan itu juga, ada yang menulis, “<i>yasquth baba al-Azhar</i>”, “turun paus al-Azhar”.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Tidak hanya orang Mesir, orang lain, termasuk orang-orang Indonesia yang dengan fanatiknya mendukung Ikhwanul Muslimin, juga ada yang melakukan hal demikian. Mereka yang tidak memahami betul bagaimana sikap dan pendapat ulama, lantas dengan seenaknya mengatakan bahwa ulama itu adalah ulama syaitan, ulama suu, dan cacian lainnya.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Fakta ini menunjukkan bahwa umat Islam masih ada yang belum arif dan bijak dalam berbeda pendapat. Bahkan sikap mereka terhadap ulama yang seperti itu, menunjukkan bahwa umat Islam semakin jauh dari ulama-ulamanya. <i>Na’udzubillah</i>.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<b><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Lalu bagaimankah seharusnya kita bersikap terhadap Ikhwanul Muslimin?</span></b><br />
<b><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></b>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Jawabannya sederhana. Kita tidak boleh antipati terhadap kondisi yang tengah dihadapi Ikhwanul Muslimin. Bahwa mereka didzalimi, banyak nyawa melayang dari kubu mereka, bahkan hingga dituduh teroris, itu semua merupakan keprihatinan kita. Ketika mereka menderita, tentu kita sebagai Muslim turut merasakannya. Intinya, selama mereka didzalimi, selama itu juga kita memberikan dukungannya.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Akan tetapi dalam ranah politik, tentu kita sebagai warga asing bagi Mesir, tidak bisa turut intervensi urusan politik dalam negeri. Sebatas mendukung perjuangan politik Ikhwanul Muslimin untuk merebut kembali kekuasaannya, mungkin masih dalam tarap yang wajar. Tapi harus dibedakan mana yang disebut dengan mendukung, mana yang disebut dengan intervensi atau campur tangan.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Dan yang paling perlu digarisbawahi adalah, Ikhwanul Muslimin itu walau bagaimanapun perjuangan mereka, tetaplah manusia yang bisa benar dan bisa salah. Jadi dukungan terhadap Ikhwanul Muslimin semestinya sewajarnya saja. Jangan sampai pada tarap anggapan bahwa Ikhwanul Muslimin itu adalah malaikan yang tidak bisa salah. </span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Jadi intinya, hendaklah kita bersikap adil dan proporsional dalam menanggapi kisruh politik Mesir yang saat ini terjadi. Kita perlu hati-hati dalam menyikapi setiap informasi yang beredar tentang kisruh ini. Karena di zaman fitnah, kebenaran akan terlihat berkolaborasi dengan kebatilan dan seakan susah dibedakan.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Begitulah sedikit pelajaran penting yang dapat kita ambil dari kisruh politik yang terjadi di Mesir sekarang ini. Masih banyak sebenarnya pelajaran-pelajaran lainnya. Semoga kita bisa mengambil hikmah dan pelajaran dari kisruh ini. <i>Wallahu’alam</i>.[]</span><br />
<b><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Oleh: Ahmad Sadzali.</span></b><br />
<b><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></b>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Baca juga: <a href="http://catatansadzali.blogspot.com/2013/08/pelajaran-penting-dari-kudeta-mesir-bag.html">Pelajaran Penting dari Kudeta Mesir Bag. II</a></span><br />
<div>
<br /></div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/17487580474045876588noreply@blogger.com11tag:blogger.com,1999:blog-7316231052725710873.post-57969808968837767902013-08-02T11:16:00.001-07:002013-08-02T11:19:16.538-07:00Krisis Pemimpin Berkarakter dan Idealis<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjepvLLUtAq_QD495dnJiU0EpCF_OWGJ1vfx5XIV1cd_t7zpPLt1BaYAQTv3cVUw660N7YzmKc3bFw5oOz_ypGk35Gy7LzEXH-IXbS8Xq88x90Oe2flPARQjm3CvMfudKphk-5NhQuIpXsw/s1600/pemimpin.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="176" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjepvLLUtAq_QD495dnJiU0EpCF_OWGJ1vfx5XIV1cd_t7zpPLt1BaYAQTv3cVUw660N7YzmKc3bFw5oOz_ypGk35Gy7LzEXH-IXbS8Xq88x90Oe2flPARQjm3CvMfudKphk-5NhQuIpXsw/s320/pemimpin.jpg" width="320" /></a></div>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Tahun ini adalah tahun panas bagi Indonesia. Partai lagi panas bersaing tuk merebut simpati rakyat. Begitu juga rakyat, sebenarnya lagi panas dengan kelakuan para elit yang seakan mempermainkan perasaan mereka. Rakyat panas untuk mencari pemimpin baru dan mengganti yang lama.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Di tengah panasnya temperatur politik ini, sosok Joko Widodo (Jokowi), Gubernur DKI Jakarta, muncul dengan kesan aneh dan langka. Keanehan dan kelangkaan itu sebenarnya bukan ada pada diri Jokowi itu sendiri, melainkan ada pada para elit politisi, pejabat dan para pemimpin. Sederhananya, mental dan gaya kepemimpinan Jokowi sudah sekian lama absen, sehingga hal itu terlihat aneh. Keanehan inilah yang lantas membuat awak media luntang-lantung memburu Jokowi.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Di beberapa lembaga survei baru-baru ini, nama Jokowi lantas selalu menjadi nomor urut satu sebagai tokoh potensial calon presiden di Pilpres 2014. Jokowi mengalahkan nama-nama senior yang sudah lama bercokol sebagai elit dan petinggi politik. Padahal Jokowi tak lebih dari seorang bocah politik yang baru lahir. Bahkan ia sendiri pernah mengakui bahwa dirinya bukanlah seorang politisi.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Meski Jokowi sendiri belum tentu menjadi dan mampu menjalankan fungsi kepresidenan, namun paling tidak fenomena sosok dirinya sekarang ini adalah fakta bahwa rakyat butuh perubahan pemimpin dan gaya kepemimpinan. Maka inilah yang disebut dengan krisis kepemimpinan nasional.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sejarah mencatat, Indonesia di masa Presiden Soekarno dikenal sebagai negara yang banyak menyumbangkan konsepsi kepada dunia internasional. Peranan Indonesia di kancah internasional sangat terlihat jelas. Pencitraan Indonesia di mata dunia sangat baik. Maka wajar hingga sekarang, rakyat Mesir masih banyak yang mengenal Soekarno, bahkan diabadikan menjadi salah satu nama jalan di Kairo. </span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Selanjutnya di masa Presiden Soeharto, Indonesia terlihat memiliki arah dan tujuan yang jelas. Presiden Soeharto memfokuskan pada pembangunan dalam negeri Indonesia. Buktinya adalah proyek Pembangunan Lima Tahun atau yang dikenal dengan Pelita yang dijalankan Soeharto. Selama rezimnya berkuasa, Soeharto telah melaksanakan program Pelita hingga yang ke-7.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Ini semua tentu terlepas dari kontroversi dan kekurangan dari dua pemimpin kita tersebut.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Jadi, jika kita amati dan simpulkan, tsunami krisis kepemimpinan ini sebenarnya baru muncul pascareformasi. Indonesia di tangan para pemimpin dan elit masa reformasi terlihat tidak terarah, kehilangan karakter kebangsaan dan semakin jauh dari idealismenya. Sebab utamanya adalah karena pemimpinnya juga kehilangan karakter dan idealisme itu. Karena, sejatinya pemimpin bangsa adalah pembangun karakter bangsa.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Mengutip dari pernyataan Pramoedya Ananta Toer, Indonesia negara yang begitu kaya dengan sumber daya alam dan sumber daya manusianya sekarang menjadi negara pengemis, karena ulah pemimpinnya yang tidak memiliki karakter. </span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Untuk mengembalikan karakter dan idealisme kepemimpinan ini, beberapa lantas ada yang mencerminkannya dengan karakter pemimpin-pemimpin di luar negeri. Kepada Jepang misalnya, yang ketika pemimpinnya berbuat salah langsung mengundurkan diri. Tidak salah memang. Tapi sebenarnya Indonesia sendiri bukan tidak memiliki contoh dan teladan pemimpin seperti itu. </span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Dalam sejarahnya, Indonesia bukan tidak punya pemimpin seperti itu. Di era perjuangan kemerdekaan, tidak sedikit sosok pemimpin yang diagungkan seperti Jokowi ini, bahkan jauh melebihi Jokowi. Logikanya, jika tidak ada, rasanya tidak mungkin Indonesia akan merdeka. Sebab kemerdekaan ini, tentu saja salah satunya adalah buah dari para pemimpin yang memiliki jiwa dan mentalitas yang luar biasa terhadap rakyat dan negara ini.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Namun sayangnya, kita sering kali melupakan atau dilupakan akan sosok-sosok kepribadian para pemimpin kita terdahulu. Sejarah mereka hanya sebatas diajarkan di sekolah, dan kemudian lupa di masyarakat. Atau juga karena adanya suatu “permainan” yang dengan sengaja menjauhkan kita dari mereka.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Maka, jalan pintas yang mungkin dapat kita tempuh untuk melahirkan kembali pemimpin yang berkarakter dan idealis ini adalah dengan membuka kembali lembaran sejarah negarawan kita. Kita tengah membutuhkan sosok-sosok pribadi negawaran masa dulu yang bisa kita teladani. Ini sangat penting kita lakukan, terlebih tahun ini adalah tahun persiapan Pemilu 2014. </span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Para pejabat ataupun elit politik yang ingin bersaing di tahun 2014 perlu meneladani para negarawan yang pernah dimiliki Indonesia. Begitu juga bagi rakyat, paling tidak bercermin kepada negarawan dan teladan terdahulu dalam memilih dan menentukan pemimpin mereka nanti. </span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Imam al-Mawardi dalam bukunya al-Ahkâm al-Sulthâniyyah mengatakan: “Jika di antara kedua pemimpin ada yang lebih pandai dan yang lebih berani, maka yang lebih berani didahulukan ketika negara sedang banyak mendapat gangguan dari pemberontak. Namun jika negara diliputi oleh orang-orang ahli bid’ah, maka yang pandai yang lebih didahulukan.”</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Dari pernyataan ini, dapat diambil kesimpulan bahwa sesungguhnya kebutuhan kita terhadap karakter pemimpin itu disesuaikan dengan kondisinya. </span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Dalam kacamata penulis, karakter dan idealisme pemimpin yang kita butuhkan sekarang ini pada dasarnya sangat sederhana. Inti dari karakter dan idealisme itu adalah pejuang dan perjuangan, mengingat kondisi negara kita sekarang yang masih berstatus negara berkembang, banyak dilanda berbagai krisis, hingga terpuruknya moral. </span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Maka wajar saja sebenarnya, di tahun 1988 di bawah rezim Orde Baru, Menteri Penerangan, Harmoko, mengeluarkan larangan menyanyikan lagu-lagu cengeng. Lagu cengeng dianggap bisa menghambat laju program pembangunan Indonesia yang tengah dimotori oleh Soeharto. Karena mentalitas dan karakter cengeng jauh berseberangan dengan karakter pejuang.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Karakter dan idealisme perjuangan ini yang sekarang hilang. Bukan berarti pemimpin sekarang tidak ada perjuangan, namun terkadang di tengah perjuangan itu diselipkan atau kalah oleh kepentingan-kepentingan lainnya. Sehingga banyak kepentingan rakyat dan bangsa yang terabaikan.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Jika pemimpin memiliki karakter ini, seharusnya secara otomatis akan melahirkan energi positif lainnya, dari segi etos kerja hingga kepribadiannya. Seorang pejuang mestinya pekerja keras, menghasilkan kerja nyata, berani mengambil keputusan, tegas, tanpa pamrih, di samping juga berkepribadian yang sederhana dan bersahaja. Karena tidak mungkin seorang pejuang yang tengah berjuang bisa duduk santai dan menikmati kemewahan.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Alakhir, sesungguhnya karakter dan idealisme seperti ini tidak cukup dimiliki pemimpin seorang diri saja. Melainkan juga harus disalurkan kepada anak buah hingga seluruh rakyatnya. Dengan demikian terbentuklah karakter bangsa yang utuh, yang berawal dari karakter sang pemimpinnya. Wallahu’alam.[]</span><br />
<b><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Oleh: Ahmad Sadzali</span></b></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/17487580474045876588noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7316231052725710873.post-1122436141524424822013-08-02T11:06:00.003-07:002013-08-02T11:06:52.675-07:00Pendukung Mursy Sebelum 30 Juni 2013<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgKfKy5u04Ug9XdoatGGSN7PNu4UI1kPnDIdlh6OJPQJ7Jy2bW7yKo_bSV_gCa5yDuY_DShXKMhmL3Hc8omdn-IqiqitpwRY5QdFvisnf85BGQnX0Sho3FMJBH4TxZYvT-sbylDyV9EzHw5/s1600/pendukung+mursy.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="189" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgKfKy5u04Ug9XdoatGGSN7PNu4UI1kPnDIdlh6OJPQJ7Jy2bW7yKo_bSV_gCa5yDuY_DShXKMhmL3Hc8omdn-IqiqitpwRY5QdFvisnf85BGQnX0Sho3FMJBH4TxZYvT-sbylDyV9EzHw5/s320/pendukung+mursy.jpg" width="320" /></a></div>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Dari jarak lebih dari lima ratusan meter, nenek tua didampingi oleh dua orang anaknya berjalan cukup cepat. Mereka bertiga menggunakan pakaian abaya hitam. Tujuannya adalah lapangan Masjid Rabiah Adawiyah, Nasr City, Kairo. </span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Bukan hanya satu nenek tua itu saja yang turut berpartisipasi dalam aksi demonstrasi bertajuk Jutaan Umat Melindungi Revolusi ini. Jutaan orang berkumpul sejak shalat Jumat. Hingga selepas Asar dan bahkan menjelang Magrib masih ada yang datang untuk bergabung.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Jika dilihat dari kamera orang yang mangambil gambar dari menara Masjid Rabiah Adawiyah, bundaran kawasan Rab’ah yang berdekatan dengan Kementerian Pertahanan Mesir ini seperti kumpulan kawanan semut. Di depan Masjid didirikan panggung yang tidak terlalu besar untuk berorasi.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Radius seratus meter dari pusat kerumunan orang, jalan dipagari dengan pagar besi layaknya berfungsi seperti pintu masuk yang dijaga oleh beberapa orang. Setiap orang yang ingin masuk kawasan utama demonstrasi diminta memperlihatkan tanda pengenal atau kartu tanda penduduk.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Banyak hal yang dilakukan demonstran. Ada yang berkumpul duduk-duduk santai di trotoar jalan. Ada yang berkeliling membawa bendera, membawa poster Presiden Mursy, spanduk dengan berbagai macam tulisan, dan lain sebagainya. Ada juga yang membagikan air minum gratis dari atas sebuah mobil pick up. Selain itu ada juga yang memanfaatkan momen ini untuk berjualan.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Dari sebuah mobil yang mengangkut sound sistem, seorang anak kecil yang duduk di atas pundak seorang muda menyampaikan orasi kecilnya. Orasinya berbentuk seperti syair yang mengagung-agungkan sosok seorang Shalahuddin al-Ayyubi yang melalui Mesir dapat membebaskan tanah Palestina. Di ujung orasinya ia pun berteriak, “Kullina Shalahuddin!” Kita semua adalah Shalahuddin. Teriakan inipun diikuti oleh orang-orang yang bergerumul di sekitarnya.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Semakin dekat dengan panggung utama dan bundaran Masjid Rabiah Adawiyah, kerumunan orang semakin padat dan sesak. Tidak hanya bendera Mesir, poster Presiden Mursy, ataupun atribut yang berkenaan dengan Ikhwanul Muslimin dan Partai Kebebasan dan Keadilan yang diusung. Beberapa bendera dan atribut kelompok lainnya juga turut diusung. </span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Di bawah berdera Partai Wasith, seseorang mengatakan, “Kami semua pendukung Mursy. Ia adalah presiden yang sah secara konstitusi dan melalui pemilihan umum. Presiden Mursy adalah orang Islam yang taat, bahkan hafal al-Quran.”</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Aksi demonstrasi 30 Juni mendatang adalah milik orang-orang liberal dan sekuler yang menginginkan Mesir tanpa agama,” tegasnya lebih ketika ditanya pendapatnya tentang rencana oposisi untuk menggulingkan Mursy pada 30 Juni 2013.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Di panggung utama, tokoh demi tokoh secara bergantian menyampaikan orasi yang intinya adalah mendukung Presiden Mursy. Bahkan salah seorang orator dengan lantang melayangkan kritik pedasnya terhadap Grand Syaikh al-Azhar, Ahmad Thayyib yang disebutnya telah mengeluarkan fatwa batil, yaitu memperbolehkan melakukan aksi demonstrasi menentang Presiden. Fatwa Syaikh al-Azhar ini dinilainya telah mendukung oposisi untuk menggulingkan Presiden Mursy.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Aksi demonstrasi ini tidak hanya diwarnai dengan orasi dan teriakan-teriakan mendukung Presiden Mursy, melainkan juga diisi dengan kegiatan lainnya. Misalnya, Egyptian Co Operation and Relief Foundation membuka pos penggalangan dana untuk korban konflik Suriah. </span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Ada juga beberapa orang yang berkeliling membawa blangko nama guna mengumpulkan tanda tangan mendukung Presiden Mursy. Setiap orang yang ingin memberikan tanda tangannya diharuskan menunjukkan kartu tanda penduduk dan menuliskan nomor KTP-nya itu di samping tanda tangannya.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Ayo dukung Presiden Mursy dan bubuhkan tanda tangan Anda!” seru orang tua mengajak setiap orang yang melewatinya.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Selain itu, ada juga yang membagikan selebaran fotocopy yang isinya menentang gerakan Pemberontakan yang dimotori oleh kubu oposisi sejak beberapa hari lalu. Gerakan Pemberontakan ini juga menyebarkan selebaran dan mengumpulkan tanda tangan orang-orang yang mendukung penggulingan Presiden Mursy.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Aksi Jutaan Umat Melindungi Revolusi yang dimotori oleh Ikhwanul Muslimin dan diikuti oleh lebih dari 30 kelompok Islam, partai dan koalisi, serta gerakan revolusioner ini terus berlangsung hingga malam hari. Sampai selepas waktu Isa, jutaan pendukung Presiden Mursy ini masih belum beranjak dari lapangan Masjid Rabiah Adawiyah.</span><br />
<div>
<br /></div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/17487580474045876588noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7316231052725710873.post-84815433945384836612013-06-21T14:03:00.000-07:002013-06-21T14:03:00.067-07:00Gerakan Pemuda dan Peradaban Indonesia<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjj7HulmNXonPhlf6YtKVwq3bzuBeqoz_aC9ijREtV5VFDTRbIkhSkPMBVamEvnD2f5tWPnUWdNb04Es3n0oNCJ6suEzRO1ghLnzF8KRbMQhuNwEB5ER6gCTTPHvEGLOGlBtpkQWl6BQt05/s1600/sumpah-pemuda.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="252" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjj7HulmNXonPhlf6YtKVwq3bzuBeqoz_aC9ijREtV5VFDTRbIkhSkPMBVamEvnD2f5tWPnUWdNb04Es3n0oNCJ6suEzRO1ghLnzF8KRbMQhuNwEB5ER6gCTTPHvEGLOGlBtpkQWl6BQt05/s320/sumpah-pemuda.jpg" width="320" /></a></div>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sudah menjadi maklumat bersama bahwa peranan pemuda dalam pembangunan bangsa atau bahkan peradaban sekalipun, bukan hal yang terelakkan lagi. Pemuda memiliki kekuatan tersendiri yang tidak dimiliki generasi lainnya. Bukan hanya sebagai generasi penerus tongkat estafet perjalanan bangsa, bahkan lebih dari itu pemuda sudah memiliki tanggung jawab tersendiri terhadap kemajuan bangsa ini. Artinya, pemuda tidak perlu menunggu kapan tongkat estafet itu dikasihkan.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sejarah telah banyak mencatat mengenai hal ini. Sebut saja cerita yang diabadikan oleh Allah dalam al-Quran tentang pemuda Ashabul Kahfi yang dengan gigih mempertahankan keimanannya. Perjuangan mereka sungguh mahal harganya. Untuk mempertahankan keyakinan tersebut, mereka harus berhadapan dengan penguasa yang terkenal dengan kedzalimannya ketika itu. Atau simbol-simbol kepemudaan yang dilambangkan oleh gerakan Sumpah Pemuda 1928 dan para pejuang kemerdekaan terdahulu. Sebutlah tokoh-tokoh seperti Bung Karno, Bung Hatta, Bung Tomo, dan lain sebagainnya.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Semua itu mencerminkan bahwa peranan pemuda memang sangat besar sekali dalam bangsa ini. Mereka tidak menunggu tongkat estafet itu dikasihkan, atau hanya menunggu bola saja. Mereka bergerak berdasarkan nurani dan jiwa kepemudaan mereka sendiri.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sekarang di tengah putaran roda pembangunan bangsa ini, ruh pemuda seperti itu sangat dibutuhkan kembali. Pergerakan-pergerakan pemuda untuk membangun bangsa ini sangat dinantikan. Namun bukan berarti gerakan pemuda Indonesia sekarang mengalami kebekuan. Tentu saja masih ada kelompok-kelompok pemuda yang mau bergerak. Akan tetapi pergerakan yang diharapkan itu adalah pergerakan yang lebih cerdas dan bermartabat. </span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Pergerakan yang cerdas dan bermartabat itu mungkin tidak termasuk di dalamnya kategori seperti demonstrasi dan turun ke jalan, hingga mengganggu ketertiban umum. Pergerakan yang cerdas dan bermartabat adalah pergerakan yang menjunjung tinggi intelektualitas dan moralitas. Pergerakan seperti inilah yang sangat pantas untuk dilakukan oleh para pemuda sekarang ini.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Bentuk kongkrit dari gerakan yang cerdas dan bermartabat itu akan tergambar jelas ketika kita menganologikannya dengan proses terbentuknya suatu peradaban. Menurut Ibnu Khaldun, maju mundurnya suatu peradaban tergantung pada ilmu pengetahuan. Salah satu tanda dari wujudnya peradaban itu adalah berkembangnya ilmu pengetahuan seperti fisika, kimia, geometri, aritmetik, astronomi, optic, kedokteran, dan lain sebagainya.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Namun ada satu faktor terpenting lagi selain ilmu pengetahuan yang tidak dapat dipisahkan dari unsur-unsur peradaban, yaitu agama atau kepercayaan. Sayyid Qutb menyatakan bahwa keimanan adalah sumber utama dari peradaban. Sejalan dengan Sayyid Qutb, Syaikh Muhammad Abduh ternyata juga menekankan pentingnya membangun mental sprititual yang kuat sebagai landasan atas peradaban.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Dua unsur pembentuk peradaban ini harus selalu dipadukan dan posisikan secara balance. Keduanya tidak akan hidup tanpa adanya orang-orang atau komunitas yang selalu konsisten untuk mengembangkannya. Komunitas yang ada di Madinah, Cordova, Baghdad, dan Kairo pada masa kejayaan Islam adalah sebagian kecil dari contoh orang-orang yang mau konsisten dengan ilmu pengetahuan, tanpa mengesampingkan mental spiritual.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Untuk membentuk itu semua tentunya membutuhkan suatu proses yang tidak sebentar. Dibutuhkan suatu tradisi intelektual yang kuat hingga akhirnya mencetak masyarakat yang tidak tabu dengan ilmu pengetahuan dan agama.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Bercermin dari Islam, secara historis tradisi intelektual dalam Islam dimulai dengan pemahaman terhadap al-Quran yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW, secara berturut-turut dari periode Makkah sampai periode Madinah. Mengapa demikian, karena di dalam al-Quran sendiri sudah terdapat konsep ilmu yang bersifat umum. Inilah yang menjadi cikal bakal pengembangan ilmu pengetahuan dalam tradisi intelektual Islam selanjutnya.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Satu hal yang perlu diperhatikan juga adalah medium transformasi ilmu itu sendiri. Tercatat juga dalam sejarah, bahwa tradisi intelektual yang ada dalam Islam itu ternyata dikembangkan melalui institusi pendidikan yang disebut dengan As-Suffah. Di lembaga pendidikan Islam pertama inilah pesan-pesan yang disampaikan dalam wahyu dan hadits-hadits dikaji dan dipelajari secara efektif. Terbukti, lagi-lagi kita menemukan adanya komunitas yang mengembangkannya.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Mungkin kita bisa bayangkan, dari komunitas yang kecil itu saja dampaknya sangat dahsyat bisa membangun peradaban Islam seperti sekarang ini. Lalu bagaimana kalau pekerjaan yang dilakukan komunitas seperti itu, dijalankan oleh komunitas yang lebih besar lagi, yaitu komunitas pemuda Indonesia. Maka tidak menutup kemungkinan jika Indonesia ini nantinya berkembang tidak hanya sebagai bangsa atau negara saja, melainkan sebagai peradaban.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sudah saatnya generasi muda sekarang membentuk gerakan-gerakan intelektual yang menjunjung tinggi moral. Gerakan intelektual lebih kongkrit daripada gerakan-gerakan yang hanya sekedar berdemonstrasi saja. Mengubah bangsa ini tidak bisa hanya dengan turun ke jalan. Gerakan pemuda sekarang harus bisa memasuki dunia informasi dan birokrasi. Jadi, kemampuan intelektual yang ada pada pemuda harus digunakan sebaik-baiknya, dan dikemas dalam bungkusan moralitas yang bermartabat demi kemajuan bangsa. Wallahu’alam.[]</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b>Oleh: Ahmad Sadzali</b></span></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/17487580474045876588noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7316231052725710873.post-60724650489662228002013-05-31T08:06:00.002-07:002013-05-31T08:33:25.394-07:00Kiblat Perguruan Tinggi Islam Adalah Timur Tengah<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiqLiqdnfcteftpmGwpMZarltE8NYYRtqnXQsP6wwpuDOO0Uej9Xj3BBe3NlaLUqaPEZzRb3d7uDQ-2MaBiXJiDec9yuRyJ7HU6ulu6bay0ybjt0MbuzRanDlzZTf3N6IN8qog2EuOgSKE2/s1600/alazhar+1.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiqLiqdnfcteftpmGwpMZarltE8NYYRtqnXQsP6wwpuDOO0Uej9Xj3BBe3NlaLUqaPEZzRb3d7uDQ-2MaBiXJiDec9yuRyJ7HU6ulu6bay0ybjt0MbuzRanDlzZTf3N6IN8qog2EuOgSKE2/s320/alazhar+1.jpg" width="320" /></a></div>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Perguruan tinggi Islam, baik UIN atau IAIN memiliki peranan besar dalam tubuh umat Islam di negara kita. Dari sejak berdirinya, tentu sudah banyak pendidik dan pengemban dakwah Islam yang dilahirkan dari perguran tinggi Islam tersebut. Bahkan lembaga ini juga bisa dibilang menjadi tempat kepercayaan masyarakat untuk meneruskan jenjang pendidikan agama secara formal. </span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Selayaknya sebuah perguruan tinggi, UIN atau IAIN tidak dapat berdiri sendiri. Untuk dapat berkembang dan meningkatkan kualitas, perguruan tinggi Islam ini memang harus bekerjasama dan membuka jaringan dengan lembaga pendidikan lainnya. Baik itu lembaga pendidikan yang ada di dalam negeri itu sendiri, atau pun yang ada di luar negeri. </span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Pada awalnya, perguruan tinggi Islam di Indonesia memang memiliki hubungan erat dengan perguruan-perguruan tinggi di Timur Tengah. Namun ketika Harun Nasution menjabat sebagai rektor IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, kiblat perguruan tinggi Islam itu mulai berubah ke Barat. Sekitar tahun 70an itulah IAIN gencar mengirimkan lulusan ataupun dosen-dosennya ke Barat untuk memperdalam agama Islam.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Kondisi itu sepertinya terus berlangsung hingga sekarang. Akhirnya, para dosen di perguruan tinggi Islam tersebut lebih menguasai bahasa Inggris daripada bahasa Arab. Padahal agama Islam seharusnya diperdalam dengan menggunakan bahasa Arab, mengingat bahasa Al-Qur’an adalah bahasa Arab.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Kurangnya penguasaan para dosen di perguruan tinggi Islam ini tentu saja berdampak negatif. Salah satu dampaknya adalah terhadap kelangsungan kerjasama perguruan tinggi Islam di Indonesia dengan perguruan-perguruan tinggi Islam di Timur Tengah. </span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sebagai contoh, perkumpulan Liga Universitas Islam Internasional batal diadakan di UIN/IAIN karena kurang baiknya komunikasi bahasa Arab para dosen dalam negeri dengan para dosen yang datang dari Timur Tengah. Alhasil, tempat pelaksanaanya dipindahkan di Pondok Modern Darussalam Gontor, dan Liga Universitas Islam lebih mempercayai Institus Studi Islam Darussalam (ISID) Gontor sebagai rekan kerja sama daripada UIN atau IAIN.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Dampak negatif lainnya adalah kepada pemahaman para dosen itu sendiri terhadap ajaran Islam. Karena pada dasarnya memang ajaran Islam itu harus diperdalam dengan dan melalui bahasa Arab. Walau bagaimanapun sumber awal agama Islam ada di Timur Tengah, dimana masyarakatnya berbahasa Arab. Bahasa Arab tidak dapat dipisahkan dari agama Islam, apalagi untuk mempelajarinya lebih dalam.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Contohnya terlihat pada beberapa dosen dan bahkan guru besar di sebuah universitas Islam di Indonesia berkunjung ke Mesir. Di antara mereka yang berkunjung ada yang lantas mengadakan seminar atau diskusi umum tentang tema-tema keagamaan dengan para mahasiswa Indonesia yang kuliah di Universitas Al-Azhar.</span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Salah satu diskusi yang pernah diadakan adalah tentang buku salah satu dosen IAIN yang mengkritik keshahihan hadits-hadits dalam Shahih Bukhari. Dalam diskusi itu, ternyata argumen-argumen yang digunakan dosen yang mengkritik hadits di dalam kitab Shahih Bukhari tersebut sangat lemah dan mudah dipatahkan oleh mahasiswa. Dari argumen-argumen itu tersebut akhirnya mahasiswa dapat menyimpulkan bahwa pondasi pemahaman agama dosen tersebut masih sangat lemah. Ironisnya, dosen tersebut padahal sudah bergelar profesor dan guru besar di sebuah IAIN.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Dampak negatif lainnya lagi adalah menjamurnya virus pemikiran-pemikiran liberal di tengah mahasiswa perguruan tinggi Islam di Indonesia. Misalnya, tidak sedikit mahasiswa yang diajarkan mengkritik para ulama sebelum tahu ilmunya terlebih dahulu. Tidak sedikit pula mahasiswa menjadi liberal ketika masuk ke perguruan tinggi Islam, daripada sebelumnya. Padahal para mahasiswa inilah yang nantinya akan meneruskan perjuangan dakwah Islam. </span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Itu hanya beberapa dari dampak negatif yang ditimbulkan dari berubahnya kiblat perguruan tinggi Islam di negara kita dari Timur Tengah ke Barat. Di satu sisi memang penulis akui bahwa perguruan tinggi Barat memiliki kelebihan dibandingkan dengan Timur Tengah. Namun kelebihan yang dimiliki Barat tersebut bukanlah hal yang substansial dalam pembelajaran ajaran Islam, yang mengharuskan berpindahnya kiblat pendidikan Islam kita ke sana.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Timur Tengah yang menjadi basis utama bahasa Arab, dan juga tempat lahirnya para ulama besar yang mengajarkan Islam sudah sepantasnya dijadikan kiblat kembali oleh perguruan tinggi Islam kita. Namun ini bukan berarti membatasi belajar agama Islam harus di Timur Tengah. Islam adalah agama yang universal dan cocok di tempat mana saja. Artinya Islam juga bisa dipelajari di mana saja. </span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Akan tetapi maksud penulis di sini hanyalah menekankan pentingnya bahasa Arab sebagai alat untuk memperdalam ajaran Islam, yang mana sumber bahasa Arab itu ada di Timur Tengah. Secara logika, artinya memperdalam Islam sedikit banyaknya tidak dapat lepas dari dunia Timur Tengah. Jadi, perguruan tinggi Islam yang menjadi wadah untuk memperdalam ajaran Islam itu juga selogisnya memiliki hubungan erat dan berkiblat ke Timur Tengah, bukan ke Barat.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Ada lagi faktor yang lebih besar dari sekedar faktor bahasa Arab tersebut, yaitu faktor pembelajaran agama Islam itu sendiri. Tidak semua ilmu dalam ajaran Islam dapat dipelajari dengan otodidak atau tanpa guru, karena menuntut bimbingan pemahaman dari seorang guru. Belum lagi tradisi sanad yang tidak dapat diindahkan dalam mempelajari Islam. Dan hal ini semua kebanyakan hanya dapat ditemukan di Timur Tengah yang banyak menyimpan ulama. </span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Harapan dan kepercayaan masyarakat Islam di Indonesia kepada perguruan tinggi Islam selama ini begitu besar. Perguruan tinggi Islam tidak lagi dipandang sebelah mata, dan juga bukan lembaga pendidikan tinggi alternatif. Jasa perguruan tinggi Islam di Indonesia sangat besar sekali. Sekarang, bagaimana perguruan tinggi Islam ini dapat mempertahankan statusnya tersebut. Bukan malah sebaliknya, perguruan tinggi Islam tapi dituding merusak Islam dari dalam. Wallahu’alam.[]</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b>Oleh: Ahmad Sadzali</b></span></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/17487580474045876588noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-7316231052725710873.post-56574087100207049902013-05-01T00:20:00.002-07:002013-05-01T00:23:28.723-07:00Daulah Diniyah Versus Daulah Islamiyah<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjJZ2Qpx7GaqQfLh4TCHbvrePOwpD6pDlUZcLTbt0Zej2Q1Ks-N-HbkIps5MnKVku0g4TcveV2AL0SMSMC6RSDdAIqWekVW9iRR4HSnZgGqaZnq0uJA6FxP-qjzVYcAdpgRTHIQllssB9nq/s1600/vatican.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="220" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjJZ2Qpx7GaqQfLh4TCHbvrePOwpD6pDlUZcLTbt0Zej2Q1Ks-N-HbkIps5MnKVku0g4TcveV2AL0SMSMC6RSDdAIqWekVW9iRR4HSnZgGqaZnq0uJA6FxP-qjzVYcAdpgRTHIQllssB9nq/s320/vatican.jpg" width="320" /></a></div>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Pada hari Rabu, 14 Desember 2012, saya menghadiri sebuah seminar ilmiah yang diadakan oleh Klub Perhimpunan Mahasiswa Asing di Mesir, yang berada di bawah Kementerian Pendidikan Mesir. Tema acara tersebut adalah tentang “Hijrah Rasulullah SAW”. Pembicaranya adalah Dr. Thoha Abu Krisyah, mantan Wakil Rektor Universitas Al-Azhar Kairo. </span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Seperti biasa, seminar rutin bulanan ini dimulai selepas waktu Magrib. Acara yang dikhususkan untuk mahasiswa asing ini digelar di kantor sekretariat yang sangat sederhana dan tidak terlalu besar. Mungkin tidak banyak juga mahasiswa asing yang tahu tentang agenda-agenda Klub Perhimpunan Mahasiswa Asing ini, sehingga yang datang pun dapat dibilang sangat sedikit sekali. Kira-kira tidak sampai 50 orang. Padahal acara seperti ini sangat penting dan berharga sekali. Apalagi pembicaraan yang dihadirkan biasanya bukan orang sembarangan.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Tema yang diberikan oleh pengurus memang tentang “Hijrah Rasulullah SAW”. Akan tetapi Dr. Thoha Abu Krisyah juga banyak berbicara tentang revolusi Mesir, karena memang nuansa revolusi masih sangat kental sekali di tengah masyarakat Mesir. Revolusi Mesir masih berlangsung hingga tujuan revolusi tercapai. Kira-kira seperti itu.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Pasca runtuhnya rezim Husni Mubarak, isu tentang masa depan bentuk pemerintahan Mesir ini secara spontan langsung muncul. Banyak orang yang bertanya-tanya tentang pemegang kekuasaan selanjutnya setelah Mubarak. Apa yang dilakukan penguasa baru nanti terhadap negara Mesir. Akankah Mesir yang kini negara republik dirubah menjadi negara agama (Daulah Diniyah)?</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Beberapa hari menjelang pemilu parlemen, stasiun televisi BBC Arabic telah mengangkat isu bahwa rakyat Mesir tengah dihadapkan dengan dua pilihan, apakah Mesir akan menjadi Daulah Diniyah atau Daulah Madaniyah? Isu ini diangkat dengan menayangkan wawancara dari beberapa orang rakyat sipil yang dimintai pendapat mereka tentang Daulah Diniyah dan Daulah Madaniyah.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Mengenai isu ini, saya tertarik dengan pernyataan Dr. Thoha Abu Krisyah yang mengatakan bahwa istilah “Daulah Diniyah” dan “Daulah Madaniyah” adalah istilah yang dikembangkan oleh musuh-musuh Islam untuk membingungkan dan memecahbelah umat. </span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Menurut Dr. Thoha, istilah tersebut tidak ada dalam sejarah pemikiran Islam. Istilah itu berasal dari Barat, dan dimaksudkan untuk membingungkan umat Islam.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Yang ada hanyalah Daulah Islamiyah. Istilah daulah diniyah tidak ada dalam sejarah pemikiran Islam, bahkan sejak zaman Rasulullah,” tegas Dr. Thoha.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Perang pemikiran dan istilah ternyata memang masih belum usai. Istilah-istilah plesetan yang entah dari mana asalnya cepat sekali bermunculan. Apalagi jika istilah itu dikaitkan dengan suatu peristiwa.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Pengertian Daulah Islam dengan Daulah Diniyah memang jauh berbeda. Daulah Islam dibangun di atas dasar ajaran Islam yang cocok di setiap tempat, bagi setiap orang, dan di setiap waktu. Hal ini karena tujuan ajaran Islam itu ada tidak lain adalah untuk mewujudkan kemaslahatan umat manusia.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sementara istilah Daulah Diniyah sebenarnya merujuk kepada negara-negara Barat di abad Kegelapan ketika berada di bawah kukungan gereja. Para pendeta bertindak semena-mena atas nama agama dan wakil tuhan. Kekuasaan tertinggi dalam negara akhirnya bukan pada agama atau tuhan itu sendiri, melainkan pada mereka yang mengaku diri sebagai orang yang paling berhak menginterpretasikan wahyu tuhan. Sementara yang lainnya tidak berhak. Lembaga magisterium adalah bukti keangkuhan agamawan Katolik saat itu.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Selanjutnya Dr. Thoha mengatakan bahwa revolusi dunia Arab yang sekarang tengah terjadi ini dapat dikatakan hijrahnya umat Islam, jika revolusi ini membawa kebaikan dan kemaslahatan umat. Beliau juga sepakat dengan analisa yang mengatakan bahwa revolusi di dunia Arab ini adalah awal dari kebangkitan Islam. “Pemikiran seperti ini adalah pemikiran yang baik,” tuturnya.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Mengenai masa depan Mesir apakah akan menjadi negara Islam, Dr. Thoha menjawab,”Saya tidak tahu. Tapi yang jelas Mesir bukanlah negara kafir.”</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Seusai acara, saya menyempatkan diri untuk bertanya kepada beliau seraya ingin berjabat tangan. Saya menanyakan tentang isu yang selama ini digulingkan oleh kelompok sekuler di Mesir yang takut jika kekuatan Islam berkuasa di pemerintahan. Kubu sekuler ini melontarkan ketakutan-ketakutan yang cenderung didramatisir guna menghalangi kekuatan Islam dalam Pemilu. Misalnya isu seperti, jika kelompok Islamis berkuasa, maka pariwisata di Mesir akan berkurang, patung-patung simbol kekufuran Mesir Kuno diharamkan, dst. Namun ternyata dengan tegas Dr. Thoha mengatakan bahwa ketakutan itu tidak akan terjadi.[]</span><br />
<br /></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/17487580474045876588noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-7316231052725710873.post-90087340040219825322013-04-24T08:03:00.003-07:002013-04-24T08:03:59.835-07:00Dari Revolusi ke Wacana Dakwah<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhV9pzZRfJ__tH5dxxB0yPE31mqkX0PRhvLEGNM5sJjQ4gZ6GnekipNn-_M3xkBbcuvg9F_LDX8rCZz4lmVx0HTufXljMIge3DbYaZWItc98rIhQ4B1ZBtiUPYhfWqZIQGRNtlI74pVj86b/s1600/Dakwah-Islam.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="235" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhV9pzZRfJ__tH5dxxB0yPE31mqkX0PRhvLEGNM5sJjQ4gZ6GnekipNn-_M3xkBbcuvg9F_LDX8rCZz4lmVx0HTufXljMIge3DbYaZWItc98rIhQ4B1ZBtiUPYhfWqZIQGRNtlI74pVj86b/s320/Dakwah-Islam.jpg" width="320" /></a></div>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Arus revolusi Mesir memang sudah tidak dapat dibendung lagi. Tepat tanggal 25 Januari 2011, rakyat Mesir kembali menorehkan sejarah perjalanan tanah air mereka. Gerakan rakyat yang tidak pernah terjadi sebelumnya, dimulai hari itu serempak satu suara, “Rakyat ingin gulingkan rezim!”. Hari pertama itu mereka namai dengan “Hari Kemarahan”.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Vedi R. Hadiz, P.hD, seorang profesor di bidang politik dan sosiolog Asia mengatakan bahwa sebab-sebab pecahnya revolusi ini dapat dilihat dari berbagai segi, terutama dari kaca mata sosial. Ia menilai, arus urbanisasi yang sangat tinggi di Kairo, tidak diimbangi dengan pembangunan fasilitas dan penyediaan lapangan kerja yang cukup oleh pemerintah. Hal ini akhirnya memiliki dampak tersendiri terhadap psikologi masyarakat Mesir pada umumnya. Mereka lantas tidak puas lagi dengan pemerintah. Kekecewaan dan kemarahan menjadi satu, dan meledaklah seperti gunung meletus.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Walhasil, melihat kondisi Mesir yang kurang aman ketika itu, Amerika Serikat disusul China, Turki, Malaysia, dan beberapa negara lainnya memutuskan untuk mengevakuasi warganya dari Mesir. Meski sedikit lambat bereaksi, akhirnya pemerintah Indonesia juga turut mengirimkan pesawat untuk menjemput WNI di sini. Sebanyak enam gelombang evakuasi sudah dilakukan Satgas Evakuasi, dan sekitar setengah WNI di sini dipulangkan. Mungkin ini juga merupakan sejarah baru bagi bangsa Indonesia, mengevakuasi warganya secara besar-besaran dan dengan cuma-cuma.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Terlepas dari perkara apakah evakuasi WNI tersebut murni darurat ataukah hanya ajang untuk dapat liburan gratis, namun yang pasti ini adalah salah satu hikmah dari revolusi rakyat Mesir. Bencana bagi suatu kaum adalah manfaat bagi kaum yang lainnya. </span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Alhamdulillah, beberapa teman Keluarga Mahasiswa Kalimantan Mesir (KMKM) yang sempat ikut evakuasi dapat bertemu dan silaturrahim dengan keluarga mereka. Saya merupakan salah satunya. Tentunya kesempatan pulang ke banua tercinta, adalah sesuatu yang patut sekali untuk diambil manfaatnya. Salah satunya yaitu mengetahui keadaan masyarakat Kalimantan secara garis besar, dan khususnya umat Islam dalam ranah keberagamaan.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Menurut pengamatan saya selama pulang, tidak ada perubahan yang begitu signifikan dalam hal keberagamaan di tengah masyarakat, khususnya Kalimantan Selatan. Kalimantan Selatan, adalah masyarakat yang sangat kuat berpegang pada tradisi keislaman. Namun bukan berarti saya menyebut umat Islam di Kal-Sel adalah tradisionalis. </span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Kebudayaan masyarakat yang membaur dengan ajaran-ajaran Islam sudah sangat mengakar di masyarakat. Ibarat akar tumbuhan, budaya dan ajaran tersebut adalah akar tunjang, bukan akar serabut yang mudah dicabut. Sesepuh-sesepuh kita sudah sangat kuat menanamkan pola keislaman yang sampai dekit ini masih bisa kita saksikan. Dan ternyata setelah ratusan tahun lamanya, pola keislaman seperti itu memang ampuh dalam dakwah kepada masyarakat. Semuanya juga memiliki landasannya masing-masing.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Kemudian hal ini menjadi masalah ketika pola yang sudah lama mengakar itu dibenturkan dengan pola baru. Pola baru yang digunakan ternyata masih majhul dan belum terbiasa dengan masyarakat kita. Memang bisa jadi kedua pola tersebut sama-sama bagus dan benar. Cuman perkaranya bukan ada pada benar atau salah, melainkan pola mana yang lebih cocok dengan masyarakat. Metode dakwah itu beragam, tidak hanya satu. Artinya metode yang dinilai pantas dan cocok dengan umat, maka itulah yang digunakan. Tanpa harus memaksakan sesuatu yang belum tentu cocok dengan masyarakat atau objek dakwah yang dituju.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<b><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Tinjauan psikologi masyarakat</span></b><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Menurut beberapa temuan sejarah, sebenarnya Islam masuk ke Indonesia itu sudah sejak zaman Rasulullah SAW. Menurut literatur Tiongkok sekitar tahun 625 M, perkampungan Arab Islam di pesisi Sumatra sudah ada. Ibnu Bathuthan, sekitar tahun 1345 M singgah di Aceh dan telah menuliskan bahwa mazhab Syafi’i telah tersebar di Aceh. Namun memang ledakan orang Indonesia yang hijrah agama ke Islam terjadi sekitar abad ke 15 M, di masa dakwah Walisongo.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Pendekatan dakwa yang dilakukan oleh Walisongo. Pendekaran yang mereka lakukan adalah dakwah kultural, bukan dengan penaklukkan dan pemaksaan. Walisongo dengan mahir bisa melakukan pendekatan dengan masyarakat pribumi yang ketika itu sebagian besar penganut Hindu dan Budha. Akulturasi dakwah dan budaya dilakukan Walisongo dengan rapi. Tradisi lokal dijadikan sebagai media dakwah. Dengan demikian masyarakat pun akhirnya dapat menerima dakwah tersebut dan memeluk Islam. </span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Lantas bagaimana jika metode dakwah yang kita gunakan itu ternyata berbeda dengan pola budaya keberagamaan yang sudah mengakar di masyarakat tadi? Tentu saja yang akan terjadi adalah clash. Masyarakat belum tentu bisa langsung menerima metode dan pola baru dengan cepat. Dan ternyata ini terjadi di daerah kita oleh alumni Timur Tengah sendiri. </span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Mengingat adanya beberapa kasus alumni Timur Tengah yang sepulangnya ke daerah ternyata berlawanan arus dengan pola keberagamaan masyarakat yang sudah ada, menjadikan masalah ini penting untuk ditinjau kembali. Perkara ini tidak hanya menyangkut alumni itu secara perseorangan saja, melainkan nantinya akan berdampak secara institusional. Jika ada salah satu alumni Al-Azhar misalkan yang pola dakwahnya menentang arus, maka akhirnya nama Al-Azhar secara lembaga akan menjadi penilaian masyarakat juga. Orang lantas akan menilai, “Oh, seperti ini ya alumni Al-Azhar?! Berarti alumni-alumni yang lainnya pun juga tidak jauh berbeda pemikirannya.” Satu orang yang berbuat, akhirnya yang lainnya ikut terkena imbasnya juga.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Masyarakat di daerah kita relatif memang masih belum begitu terbuka pandangannya terhadap Islam secara menyeluruh. Sedikit perbedaan saja, meski itu dalam ranah furu’, masyarakat terkadang sulit untuk menerimanya. Mungkin masih terngiang di telinga kita bagaimana perkara qunut yang dulu sering diperdebatkan habis-habisan antara golongan NU dan Muhammadiyah. Jadi, psikologi masyarakat yang seperti ini tentunya harus kita pelajari terlebih dahulu sebelum melangkah lebih jauh. Kalaupun ada yang perlu diperbaiki, caranya harus dengan halus dan sedikit demi sedikit.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Setiap kepala dari kita memang memiliki pendapat masing-masing. Kita juga memang memiliki cara pandang yang mungkin sangat berbeda dengan yang lainnya. Latar belakang yang mempengaruhi kepribadian kita selama di sini pun juga berbeda-beda. Itu memang lumrah adanya. Namun meskipun demikian, kita tetap berada di bawah satu atap, dengan nama Azhari. Jadi sepatutnya kita juga menjaga citra institusi kita tersebut di mata masyarakat. Alumni Al-Azhar memang tidak satu warna, namun untuk turut mengharumkan namanya adalah satu tujuan kita bersama. Karena itu adalah salah satu cara kita membalas jasa dan kebaikan-kebaikan Al-Azhar selama menimba ilmu di dalamnya. Wallahu’alam. []</span><br />
<div>
<br /></div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/17487580474045876588noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7316231052725710873.post-84385389697705994322013-04-18T16:05:00.001-07:002013-04-18T16:16:39.911-07:00Bhinneka Versus Kolonialisme-Liberalisme<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg46ya8XfB9UhdhQHeGv7atbWjwk4d7p_c3DbyvgJJ88W8YLRtwD1Ma0dKssJ0tGutBnNGKDRHdKUTERYbGqSqM8kKQ8Vmii4K9tuTQP8uZ8T4kpWAIl7GMuz8eRTuZpFxEeB4WcFmh6Enp/s1600/garuda_pancasila-3.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="233" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg46ya8XfB9UhdhQHeGv7atbWjwk4d7p_c3DbyvgJJ88W8YLRtwD1Ma0dKssJ0tGutBnNGKDRHdKUTERYbGqSqM8kKQ8Vmii4K9tuTQP8uZ8T4kpWAIl7GMuz8eRTuZpFxEeB4WcFmh6Enp/s320/garuda_pancasila-3.jpg" width="320" /></a></div>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sudah menjadi maklumat umum bahwa Indonesia merupakan negara yang memiliki keberagaman yang sangat tinggi. Baik itu keberagaman suku bangsa, bahasa, adat istiadat, norma masyarakat, bahkan sampai watak dan karakteristik setiap penduduknya. </span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Indonesia memiliki 17.667 buah pulau, baik besar maupun kecil. Sebagian besarnya adalah perairan, sedangkan luas wilayah daratannya hanya 735.000 mil persegi (seluas Alaska). Di sekian banyak pulau yang ditempati penduduk Indonesia tersebut, terdapat lebih dari 300 kelompok etnis dan 50 bahasa yang sangat berbeda. Dan sistem sosialnya juga berbeda-beda, dari desa-desa kecil yang terpencil sampai kepada kota-kota metropolitan yang besar dan maju. Maka wajar saja kalau negara kita ini memiliki semboyan Bhinneka Tunggal Ika, beraneka ragam namun satu jua.</span><br />
<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> </span></span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Semboyan ini sesungguhnya sudah sangat mewakili gambaran masyarakat Indonesia. Meski keberagaman itu banyak sekali, namun semuanya itu masih tetap berada di bawah satu atap, yaitu negara Republik Indonesia. Keragaman yang ada bukanlah suatu hambatan bagi masyarakat Indonesia untuk bersosial dan berinteraksi. Ketika semboyan ini diserukan, seketika itu juga jiwa persatuan itu tumbuh.</span><br />
<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> </span></span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Akan tetapi permasalahannya tidak hanya sampai di situ saja. Ternyata di balik semboyan ini juga tersirat suatu peringatan yang penting bagi masyarakat Indonesia agar selalu menjaga integritas bangsa. Dengan kata lain, sebenarnya semboyan tersebut sangatlah sensitif terhadapat keutuhan tanah air. Jika keberagaman tersebut tidak dapat dijembatani dengan baik, maka dengan mudahnya masyarakat Indonesia akan pecah. Terbukti dengan kasus bercerainya Timor Timur dari NKRI, adanya Gerakan Aceh Merdeka (GAM), perang suku yang terjadi di Sambas antara suku Dayak dan Madura, kericuhan antara umat Islam dan Kristen di Poso, dan lain sebagainya.</span><br />
<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> </span></span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Tentu saja ini menjadi catatan dan perhatian yang serius bagi kita semua. Keutuhan NKRI bagaimanapun juga harus tetap dijaga dan dipertahankan. Namun bukan berarti untuk mempertahankannya itu, kita harus mengorbankan keberagaman yang ada. Bukan berarti juga keberagaman itu yang menjadi sebab utama perpecahan yang ada. Karena keberagaman yang ada memang sudah menjadi sunnatullah. Bahkan dengan adanya perbedaan tersebut, bisa menjadikan rahmat bagi umat.</span><br />
<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> </span></span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sekarang keberagaman yang ada di Indoneisa, khususnya keberagaman budaya, tengah menghadapi ujian yang cukup besar. Ujian itu datang melalui arus yang diberi nama dengan liberalisasi. Arus ini seolah menawarkan solusi yang tepat untuk mengatasi keberagaman tersebut. Kebebasan menjadi alternatif persamaan atas perbedaan. Sebab inilah mengapa liberalisasi itu dikatakan sebagai ujian bagi keberagaman Indonesia.</span><br />
<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> </span></span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Bahkan liberalisasi tidak hanya sebagai ujian saja bagi kebhinekaan nusatara, namun lebih dari itu ia juga menjadi penghianat bagi kultur budaya Indonesia. Liberalisasi telah menjadi musuh dalam selimut bangsa. Salah satu buktinya adalah ketika RUU Anti Pornografi dan Pornoaksi dilayangkan, banyak para liberalis yang mengatasnamakan keberagaman budaya untuk menolaknya.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Gesekan budaya Indonesia dengan budaya Barat sudah sejak lama muncul. Yaitu ketika mulai masuknya kolonial bangsa Barat ke Indonesia. Bangsa Barat ketika menjajah Indonesia, tentu saja tidak hanya karena rempah-rempah atau kekayaan alam Indonesia belaka. Di samping itu juga terdapat visi lain, yaitu penyebaran ajaran kepercayaan dan kebudayaan Barat.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Orang Indonesia yang hidup di zaman kolonial ini tentu sangat merasakan bagaimana gesekan budaya pribumi dengan budaya Barat itu terjadi. Dengan kekuasaannya, Barat sangat mudah memaksakan budaya dan pemikirannya kepada masyarakat Indonesia. Hasilnya adalah modernisasi adat dan budaya itu sendiri.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Tapi yang seharusnya menjadi pertanyaan mendasar bagi kita adalah, apakah cocok budaya dan pemikiran Barat itu jika diterapkan pada masyarakat Indonesia?</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Pada dasarnya kultur Barat dan Indonesia sangat berbeda. Kultur Barat dengan kapitalismenya memiliki sifat seperti berikut; adanya minat yang tinggi terhadap hal yang baru, adanya semangat berpetualang dalam mengusahakan hal-hal yang baru tersebut, tingginya individualisme dalam masyarakat Barat, dan pengagungan kepada materi. Sifat seperti ini tidak mudah untuk ditanamkan di tempat lain. Ibarat suatu bibit tanaman, maka sifat-sifat yang ada pada Barat ini membutuhkan lahan yang sesuai dengannya, agar ia bisa tumbuh subur. </span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Agar lahan itu cocok dengan bibitnya, maka setidaknya ada persyaratan yang harus dimiliki. Salah satu syarat untuk lahan tersebut adalah, adanya suatu suatu kelas yang kuat dari kaum urban yang terdiri dari orang-orang yang relatif bebas serta mandiri. Namun sayangnya Indonesia belum memiliki kelas seperti itu. Seperti realita sekarang, di Indonesia masih memiliki keragaman sosial. Konsep pemerintahan yang menjadi faktanya. Ada pemerintahan kota, ada juga pemerintahan desa. Dan keragaman seperti ini telah melekat dengan budaya Indonesia, serta masuk dalam konsep Bhinneka Tunggal Ika.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Salah satu bukti untuk menguatkan statement ini, kebijaksanaan kolonial Belanda di bidang perdagangan pada abad ke-17 dan ke-18, bahkan di abad ke-19, hanya mampu membawa sedikit perubahan di bidang kehidupan ekonomi. Kebijakan ekonomi Belanda ternyata tidak mampu mengubah struktur sosial masyarakat Indonesia secara berarti.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sekiranya ini sudah cukup untuk membuktikan kalau budaya pemikiran Barat itu tidak cocok jika diterapkan di Indonesia. Negara ini bukan lahan yang pantas bagi bibit-bibit Barat seperti liberalisme. Terdapat perbedaan yang signifikan antara kultur Barat dan Indonesia, yang menyebabkan ketidakcocokan itu.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Selanjutnya, ada catatan penting yang harus disampaikan di sini. Kolonialisme Barat ternyata masih belum berakhir. Sampai sekarang gaungnya masih dapat didengarkan, meskipun masih sayup-sayup. Jika dulu kolonialisme adalah dengan cara pendudukan pemerintahan dan mengambil segala kekayaan alam yang ada di Indonesia, namun sekarang gerakan kolonialisme itu berbentuk ekspansi pemikiran Barat ke dalam masyarakat kita. Akan tetapi tujuan utama dari kolonialisme kuno dan sekarang tetap sama, yaitu menguasai negara dan dunia. Jika itu di Indonesia, niscaya ia akan mengusai Indonesia. </span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Maka di sinilah letaknya peranan kebudayaan beragam Indonesia dalam membasmi bibit-bibit Barat yang kolonialis dan liberalis. Keragaman budaya ini jangan mau dirasuki begitu saja oleh paham-paham seperti ini. Konsep pemikiran Barat seperti liberalisme itu bukan malah menjadi perantara untuk menjembatani kebhinnekaan Indonesia, akan tetapi justru menjadi bumerang yang nantinya menimbulkan kekacauan Bhinneka Tunggal Ika itu sendiri. <i>Wallahu’alam</i>.[]</span><br />
<b><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Oleh: Ahmad Sadzali</span></b><br />
<div>
<br /></div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/17487580474045876588noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7316231052725710873.post-65412596745482567402013-04-15T04:29:00.002-07:002013-04-15T04:29:15.545-07:00Bergeraklah dan Menggerakkan<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiaEhQUGwkaF32pPOGMorY6w6KrqQZt8a4Qp9vl9ydHsQhRclxodwdU9GvLx0Aqq1MP2rp4_X0uL_k45H1mB94X9lq_5sBTf-a8f3eMefo_WepEQgkK5jl-tfQvFYV-gQ3EAOIxnmsUtYUd/s1600/Gontor.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="212" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiaEhQUGwkaF32pPOGMorY6w6KrqQZt8a4Qp9vl9ydHsQhRclxodwdU9GvLx0Aqq1MP2rp4_X0uL_k45H1mB94X9lq_5sBTf-a8f3eMefo_WepEQgkK5jl-tfQvFYV-gQ3EAOIxnmsUtYUd/s320/Gontor.jpg" width="320" /></a></div>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Bergeraklah dan menggerakkan!” Bagi santri Pondok Modern Darussalam Gontor, nasihat ini mungkin sudah ribuan kali didengar selama </span><i style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">monpondok</i><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">. Tidak berlebihan memang jika nasihat ini jika terus diulang-ulang hingga tertanam ke jiwa yang terdalam di setiap santri. Bahkan bukan hanya sekedar dinasihatkan dalam bentuk ucapan, melainkan juga pondok membentuk sistem dan pola kehidupan di dalam asrama yang membuat santri dengan sendirinya melaksanakan nasihat tersebut. Ini menggambarkan begitu penting dan berharganya nasihat ini kepada santri.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Pendidikan total atau totalitas pendidikan yang diterapkan oleh Pondok Modern Gontor memang membuatnya berbeda dari lembaga pendidikan lainnya. Bagi Gontor, pendidikan itu tidak cukup dengan pengajaran atu tranformasi ilmu saja, melainkan juga dengan pembiasaan. Untuk dapat membiasakan, maka dibentuklah peraturan-peraturan yang sifatnya mengikat. Tidak hanya di situ, para santri juga dibebani dengan berbagai macam penugasan. Tidak hanya dengan penugasan saja, para santri pun lantas diberikan bimbingan dan pengawasan dalam menjalankan tugas-tugasnya tersebut. Begitulah totalitas pendidikan yang diterapkan Gontor.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Di tengah krisis pendidikan berkarakter yang melanda negeri kita, ternyata Gontor bertindak lain. Meski sering dikatakan melawan arus dari sistem pendidikan negeri di Indonesia, buktinya Gontor tetap eksis menjalankan fungsinya. Pola pendidikan Gontor yang totalitas ini ternyata terbukti cukup berhasil dalam membentuk karakter santri. </span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sejatinya, totalitas pendidikan yang diterapkan di Gontor itu adalah bentuk aplikasi kongkrit dari nasihat “Bergeraklah dan menggerakkan”. Pola pendidikan total yang dibentuk oleh Gontor pada intinya bagaimana membuat para santri itu bergerak. Penugasan-penugasan yang diterima santri itu mendidik santri untuk selalu menggerakkan.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Ada hal yang menarik yang mungkin perlu kita perhatikan. Mengapa nasihat bergerak dan menggerakkan ini tidak dipisah. Bergerak tidak berdiri sendiri. Begitu juga dengan menggerakkan. Keduanya selalu dirangkaikan menjadi satu kalimat perintah atau kalimat nasihat. Tentu penggabungan dua kalimat perintah ini mengandung filosofi tertentu.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Salah satu filosofi yang mungkin dapat kita ambil adalah menghilangkan sifat egois dalam hidup bermasyarakat. Jika kata bergerak saja yang dinasihatkan, bisa saja santri akan terdidik untuk selalu mementingkan diri sendiri saja, tanpa mau memikirkan orang lain. Maka untuk mencegah hal itu, disertakanlah nasihat lain yang lebih penting dari sekedar bergerak, yaitu menggerakkan. Menggerakkan berarti ada objek yang digerakkan atau orang lain. Jika kita menggerakkan orang lain, artinya kita juga memikirkan orang tersebut, sehingga terhindar dari sikap egois yang mementingkan diri sendiri.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Filosofi lainnya adalah, untuk dapat menggerakkan, maka harus dimulai dari diri kita yang harus bergerak. Dalam hal ini, terdapat unsur keteladanan yang harus kita terapkan jika ingin menggerakkan orang lain. Keteladanan itu tentu saja bermula dari diri kita. Kita terlebih dahulu yang bergerak, baru setelah itu menggerakkan orang lain.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Nasihat ini sebenarnya juga menjadi landasan filosofi utama bagi seorang pemimpin. Berperan sebagai pemimpin apapun kita, nasihat ini harus kita terapkan. Bahkan dalam skala kecil, sebagai pemimpin keluarga misalkan. Atau jika tidak, sebagai pemimpin atas diri kita sendiri. Kita harus dapat bergerak dulu, sebelum menggerakkan yang lainnya. Menggerakkan diri sendiri, artinya kita bergerak.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Pendidikan berkarakter penggerak seperti inilah yang menjadi salah satu krisis dalam dunia pendidikan Indonesia. Tuntutan anak didik untuk bergerak tidak seimbang dengan tuntutan untuk menggerakkan. Sistem pendidikan yang diterapkan pun juga tidak menuntut anak didik untuk bisa seimbang antara bergerak dan menggerakkan. Alhasil, output lembaga pendidikan Indonesia kebanyakan lebih berkarakter mementingkan diri sendiri, tanpa berkarakter untuk banyak mementingkan maslahat orang lain atau maslahat bersama.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Dalam ukuran yang lebih jauh lagi, nasihat ini juga merupakan cikal bakal bangkitnya sebuah peradaban, termasuk peradaban Islam. Peradaban Islam mungkin tidak akan bertahan hingga sekarang ini, jika Rasulullah tidak menggerakkan dakwahnya. Meski dalam prosesnya, Rasullah SAW banyak sekali menghadapi tantangan selama mengerakkan dakwah di Makkah, baik itu berupa penganiayaan, fitnah dengan propaganda, hingga dengan pemboikotan. Rasulullah SAW tidak pernah berhenti untuk menggerakkan dakwah, yang pada akhirnya juga menyentuh para Sahabat untuk berdakwah juga.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Oleh karena itu, di tengah “tertidurnya” peradaban Islam sekarang ini, maka filosofi “Bergerak dan menggerakkan” ini harus kembali digalakkan. Ketertinggalan umat Islam dari peradaban Barat sekarang ini bukan karena ada yang salah dengan agama Islam, atau karena Islam tidak relevan di zaman modern, melainkan karena umat Islam kalah gerakan dari Barat. Gerakan itu meliputi segala lini dalam kehidupan, hingga dari sendi yang terkecil. </span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Mungkin sekarang banyak orang berbicara dan membanggakan bahwa capaian ilmu pengetahuan Barat sekarang itu adalah buah dari cikal bakal dari Islam. Tapi sebenarnya bukan itu yang patut kita banggakan sekarang. Permasalahannya sekarang adalah, bukan siapa yang memulai, akan tapi siapa yang menggerakkan. Dan juga bukan siapa yang bergerak dan menggerakkan lebih dahulu, akan tetapi siapa yang paling banyak bergerak dan menggerakkan. Maka wajar jika peradaban Barat bisa lebih maju, karena pada realitanya merekalah yang bergerak dan menggerakkan, serta dalam porsi yang banyak.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Padahal filosofi bergerak dan menggerakkan ini substansinya sangatlah dekat dengan ajaran Islam. Islam begitu menjunjung tinggi nilai sebuah ilmu. Akan tetapi ilmu itu didapat dengan belajar atau menuntutnya. Seperti yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Shahih-nya dari Rasulullah SAW, “Barang siapa yang Allah menginginkan kebaikan kapadanya, maka Dia akan memahamkannya, dan sesungguhnya ilmu itu (didapat) dengan belajar.” Belajar untuk menuntut ilmu adalah bentuk sebuah gerakan. Selain itu, kita juga diajarkan untuk mengaplikasikan ilmu yang kita ketahui ke dalam sebuah amalan atau perbuatan. Seperti yang dikatakan oleh pepatah, “Ilmu tanpa amal adalah seperti pohon yang tak berbuah.” Perbuatan itu juga adalah sebuah gerakan. </span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Mungkin ada benarnya perkataan orang yang mengatakan, “Masyarakat Barat maju ketika meninggalkan agamanya, sedangkan umat Islam mundur juga karena meninggalkan agamanya atau nilai-nilai dalam agamanya.” Maka jika kita ingin mengembalikan peradaban Islam seperti kejayaannya di abad Pertengahan ketika peradaban Barat mengalami kegelapan, umat Islam harus kembali bergerak dan menggerakkan. Jika satu filosofi ini saja yang tertanam dalam jiwa seluruh umat Islam, niscaya hasinya akan sangat dahsyat. Peradaban Islam yang tengah “tertidur” pun akan bangun dan bangkit kembali. <i>Wallahu’alam</i>.[]</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b>Oleh: Ahmad Sadzali</b></span><br />
<div>
<br /></div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/17487580474045876588noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7316231052725710873.post-6933964801862313522013-04-14T05:11:00.003-07:002013-04-14T05:11:30.878-07:00Friday in Arab Spring<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgdUUBlYv0Pq5TN2T81CltHApCKZpaLFAcndcLqju5kq8afXztADmpN0ONKq3am5QdwSRKPFYZ7Yyn3xbPpYrpcLqHecFItcd3Ytru2YsNScEMFoh0Et1_wx7zbXF8Edagj9h587E6e_hHS/s1600/demo+mesir.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="213" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgdUUBlYv0Pq5TN2T81CltHApCKZpaLFAcndcLqju5kq8afXztADmpN0ONKq3am5QdwSRKPFYZ7Yyn3xbPpYrpcLqHecFItcd3Ytru2YsNScEMFoh0Et1_wx7zbXF8Edagj9h587E6e_hHS/s320/demo+mesir.jpg" width="320" /></a></div>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Tunisia has started the Arab Spring at 18 December 2010. The revolutionary wave of demonstrations, protests until civil wars has begun in the Arab world. This revolution is not over. Until this time, there are many demonstrations and protests. Even in Syria, the dictator regime of Bashar al-Assad still in power. In my residence country, Egypt, many demonstrations and protests again government is also still going. </span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">In these Arab Spring, there is a special day for the Arab peoples. The Arab peoples give a various names to this day. And since the beginning of Arab Spring until now, having a lot of names was given. That day was Friday.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">For example,on this Friday (13/4/2013) in Egypt, there is demonstration after bloody tragedy between Muslim and Coptic. The demonstrators named this Friday with “The day of Egyptian blood is haram”.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">So, why should Friday? There are several reasons why Arab peoples choose Friday. </span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">First, Muslims gather on every Friday for Shalat Jumat. Before Shalat Jumat, imam or khatib give khutbah that providing advice, bringing Muslims to unite, and ordering for taqwa to Allah. This is the big reason why Arab peoples choose Friday to be day of demonstration for revolution. </span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Second, there are many rahmat from Allah in Friday. There are many tradition of the Prophet Muhammad (hadits) say that Friday is the special and the great day of Muslim. Example, there is a special time in Friday that efficacious time to pray. From this great day, the peoples hope there will be a change for the better conditions on Friday. </span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Third, Friday is holiday for Arab peoples. Most of them don’t work on Friday.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Usually, after Shalat Jumat, they gather at one of the strategic place for demonstration. They voice their demands to government, or writing it on banners or any media. But unfortunately, it’s not infrequent clashes between protesters and security.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Meanwhile, mass media is also going to be ready to cover what's going on Friday. Since morning, their reporter has being at place of demonstration. And medical officers also had been prepared for it. </span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">That’s what happened on Friday after Arab Spring. From this special day, Arab peoples will make the new story of their life.[]</span><br />
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/17487580474045876588noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7316231052725710873.post-26519848252111229022013-04-12T00:14:00.002-07:002013-04-12T00:14:39.897-07:00Cara Rekrutmen Agen Mossad<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjTRXlITkkcNNI1gm0fjPHq9d7_c8LkNntRSMUDHdZdXZG8J0U0fJxapXWAwSqRwblLTOVNuzNYYtJu8ahuy7HURlIK1-kS8k_17RoQ58Lc4H5gCjeYVRL9VSco0PMCv7NIdP6_mNsSI_J5/s1600/mossad.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="236" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjTRXlITkkcNNI1gm0fjPHq9d7_c8LkNntRSMUDHdZdXZG8J0U0fJxapXWAwSqRwblLTOVNuzNYYtJu8ahuy7HURlIK1-kS8k_17RoQ58Lc4H5gCjeYVRL9VSco0PMCv7NIdP6_mNsSI_J5/s320/mossad.jpg" width="320" /></a></div>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Tulisan ini sebelumnya saya muat di Hidayatullah.com sebagai berita internasional. Aslinya, berita ini merupakan terjemahan dari berita di situs Islammemo.cc yang dirilis pada tanggal 9/9/2012. Namun saya rasa berita ini sangat penting untuk diperhatikan lebih lanjut, supaya kita bisa lebih waspada, khususnya terhadap rekrutmen agen Mossad dan terhadap lembaga-lembaga yang berkedok kemanusiaan. Oleh karena itulah berita atau tulisan ini saya angkat ulang. </span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Mossad merupakan lembaga dinas rahasia milik Israel. Dibentuk oleh Perdana Menteri Israel, David ben Gurion pada 1 April 1951 dan berkantor pusat di Tel Aviv. Operasi Mossad biasanya mengawasi negara-negara dan organisasi Arab di seluruh dunia. Mossad diduga bertanggungjawab atas sejumlah operasi intelijen di dunia, khususnya dalam konflik di wilayah Timur Tengah. </span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Disinyalir, Mossad memiliki ribuan personil. Tidak hanya orang Israel, melainkan juga melibatkan orang-orang asli Arab atau dari negara lain. Yang menarik di sini adalah cara Mossad merekrut orang untuk dijadikan agen rahasianya. Salah satu cara rekrutmen agen Mossad ini adalah dengan modus penculikan anak kecil, seperti berita yang dilansir oleh Islammemo ini.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Pada hari Ahad, 9/9/2012, sumber pers Yaman mengungkapkan bahwa telah dilakukannya penangkapan seorang yang beridentitas Israel dan bekerja untuk badan intelijen Israel, Mossad. Agen Mossad ini juga memimpin mata-mata di Yaman.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Media mingguan "An-Naas" yang dekat dengan Partai Islah Islami, melaporkan bahwa penyeledikan pertama dilakukan di Taiz, sebelah selatan Sanaa dimana mata-mata atau agen Mossad itu ditangkap. Agen tersebut mengakui bahwa banyaknya anak-anak kecil Yaman yang hilang beberapa tahun lalu telah diseludupkan ke negara-negara tetangga melalui organisasi Zionis, lalu dari sana kemudian dibawa ke Israel.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Menurut laporan, terdakwa yang disembunyikan identitasnya itu adalah seorang pemuda kelahiran 1982 dari ayah yang tidak diketahui. Dia mengakui bahwa Mossad telah mendidik dan melatih mereka, kemudian mengirimnya ke Yaman dan negara-negara Arab dengan identitas yang berbeda-beda.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Penyelidikan tersebut juga mengungkapkan bahwa agen Mossad tersebut awalnya seorang anak yang tumbuh besar dari sebuah keluarga Yaman di daerah Al-Haimah, sebelah barat Sanaa. Dia pandai berbahasa Arab dan Inggris, baik secara lisan maupun tulisan.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Terdakwa telah diseludupkan keluar dari Yaman ketika berusia 17 tahun melalui negara Teluk dan juga dengan berkomunikasi dengan konsulat Amerika untuk dapat menuju ke Israel melalui Yordania hingga sampai ke Tel Aviv. Di sana dia mempelajari agama dan dasar-dasar di salah satu pemukiman imigran Yahudi di Palestina.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Selanjutnya, dari Israel itu dia mendapat beasiswa untuk belajar ke Rusia. Di sana dia mempelajari ilmu komputer, perangkat lunak, pembajakan virus, dan juga cara pencurian data. Selama di Moskow, dia dibayar sebesar tiga ribu dolar per bulan, tidak termasuk biaya tempat tinggal dan sekolah. Dia juga mendapat kesempatan mengunjungi sejumlah negara Eropa.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Menurut pengakuannya dalam penyelidikan juga, terdakwa pernah ditahan oleh pemerintah Yunani selama tiga tahun terkait dengan pembajakan internet yang dilakukannya. Setelah itu dia dideportasi ke Suriah pada tahun 2008 dan tinggal di sana selama beberapa tahun sebagai seorang warga Yaman.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Dalam hal ini Mossad memberikan paspor Yaman dan menyembunyikan paspor Israelnya. Di paspor Yaman ini dia tertulis bernama Ibrahim.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Namun sebelumnya, pemerintah Suriah juga sempat menahannya sebentar atas dasar kecurigaan. Namun setelah intervensi dari organisasi-organisasi hak asasi manusia, akhirnya dia dibebaskan dan diserahkan kepada Kedutaan Besar Yaman di Damaskus, untuk selanjutnya dideportasi ke ibukota Sanaa pada tahun 2009 sebagai warga Yaman. </span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Ketika tiba di Bandara Internasional Sanaa, dia juga sempat ditahan oleh pihak keamanan karena tidak adanya visa keluar di dalam paspor. Namun lagi-lagi organisasi kemanusiaan Palang Merah Internasional melakukan intervensi dengan dalil tidak adanya gugatan terhadap dirinya. </span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Dari sini dapat kita pahami bahwa agen-agen Mossad memang sudah dididik sejak kecil dengan tunjangan fasilitas yang sangat baik. Maka, kasus-kasus penculikan anak sebenarnya perlu ditelurusi lebih lanjut. Selain itu, ternyata sejumlah lembaga-lembaga tertentu juga memiliki andil dalam operasi Mossad.[]</span><br />
<div>
<br /></div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/17487580474045876588noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7316231052725710873.post-14236586926988321652013-04-08T12:15:00.002-07:002013-04-08T12:15:28.613-07:00Bidadari<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgPK8YlRdd5kYDjBYZoSY53yKgtetb1LgSwFz4U_H6URk4CK2tSMg5pFS6K8WDVdhYsvXSWK3_kFMCVq_PJ_bmlYgOKTfSmeL_0CvzRWkoHzvjTUiw9Uh24827yRgRrrJn66O1DkaQ-rDyT/s1600/bidadari.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="282" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgPK8YlRdd5kYDjBYZoSY53yKgtetb1LgSwFz4U_H6URk4CK2tSMg5pFS6K8WDVdhYsvXSWK3_kFMCVq_PJ_bmlYgOKTfSmeL_0CvzRWkoHzvjTUiw9Uh24827yRgRrrJn66O1DkaQ-rDyT/s320/bidadari.jpg" width="320" /></a></div>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Udara panas malam ini membuat karingat tak tersapu</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Ketika detak jantung terus berpacu</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Menahan rasa rindu yang kian menggebu</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Bidadari dengan pesona tanpa batas</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Aku ingin melihatmu meski sepintas</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Dalam jarak yang tak pernah lepas tuntas</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Bidadari yang penuh cinta</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Aku merindukanmu dalam relungan gempita</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Gerlap suasana hati yang penuh cita</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Dalam rasa sayang tak terkira</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Bidadari oh bidadari</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Kau lunturkan hati ini</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Tak kau biarkan ia berlari</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Tapi kau buat ia menari-nari</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Bak seorang petani yang menuai padi</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Bidadari</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Izinkan aku mencintai</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Menyayangi</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">dan menemukan cintaku dalam hati</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Ya, tepatnya di dalam hatimu</span><br />
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/17487580474045876588noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7316231052725710873.post-76032811009278249612013-04-08T03:38:00.001-07:002013-04-08T03:38:20.131-07:00Demonstrasi, Berantem dan Jalan Pintas<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjdREtzUTFsf-89I6rnjnTwZppyXoZQx8o9Coi6zCVvG5x4htkqsufJEVIr8bkkwED6ama6RLzFly8fqa0uaAbFLOYwyehNxgU4SdER-8EvqM5A6YhNi4psRcv1t7OvKP1SnACXFuO9TpTA/s1600/polisi+mesir.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="150" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjdREtzUTFsf-89I6rnjnTwZppyXoZQx8o9Coi6zCVvG5x4htkqsufJEVIr8bkkwED6ama6RLzFly8fqa0uaAbFLOYwyehNxgU4SdER-8EvqM5A6YhNi4psRcv1t7OvKP1SnACXFuO9TpTA/s320/polisi+mesir.jpg" width="320" /></a></div>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Ahad, 7 April 2013. Petugas keamanan berjejer rapat dua shaf. Seragam hitam itu menutup jalan raya, menghalau para demonstran lengkap dengan pentungan, perisai transparan dari piber dan helm penutup kepala. Mereka berhadapan dengan ratusan demonstran yang memenuhi kawasan Catedral Kristen Koptik di jalan Abbasiyah.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Begitulah tanyangan televisi Mesir, ONTV, yang bertanda “mubasyir” atau “live”, tepatnya yang aku saksikan sehabis shalat Magrib. Aksi demonstrasi tersebut merupakan kelanjutan bentrokan sebelumnya antara umat Islam dan Kristen Koptik. Entah apa pemicunya, yang jelas bentrokan itu sudah menyisakan korban tewas dan luka-luka.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Rencanaku bersama dua rekan pun sedikit goyah dan bertanya-tanya. Pasalnya tempat yang ingin kami tuju itu melewati jalan Abbasiyah. Tapi perhitungan demi perhitungan, di samping juga dengan persediaan ide mencari alternatif jalan, kami pun memberanikan diri—untuk tidak dibilang nekad—berangkat. </span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Seperti biasa, jalur perjalanan menuju ke Ramsis kami awali dari terminal Hay Asyir. Mobil angkot atau tramco yang sempat kami ragukan ketersediaannya menyusul aksi demonstrasi di Abbasiyah ternyata ada dan tetap beroperasi. Tidak banyak orang yang memilih jurus ke Ramsis. Terbukti antrian tramco kosong cukup banyak. Tidak seperti hari Selasa lalu, puluhan orang berebut satu tramco.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Kursi penuh, mobil tramco pun jalan. Ada tiga rute yang biasanya dilewati supir tramco. Pertama, lewat jalan Musalas, terus lewat belakang, jalan alternatif bebas macet, tapi muter jauh. Kedua, lewat jalur pertengahan, yaitu jalan sebelum perusahaan Enppi, lantas melalui jalan belakang Hay Sabi dan Hay Sadis. Ketiga, lewat jalur utama Hay Sabi. Jalur ketiga ini rawan terjebak macet. Supir tramco kami memilih rute kedua.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Aku pun mulai asyik dengan lagu-lagu yang mengalir dari MP3, alias BlackBerry rusak yang sudah tidak dapat berfungsi sebagai telepon genggam akibat tidak dapat menangkap sinyal.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sampai di Hay Sadis, tiga orang yang duduk di jok paling belakang turun semua. Jadinya kursi tramco ada yang kosong. Di tengah jalan selanjutnya, ada satu orang lain yang naik, dengan jurusan Ramsis juga tentunya. Setengah jalan selanjutnya, ada lagi yang naik. </span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Dengan penampilan santai memakai kemeja dan kancing dada terbuka, orang tak berambut itu duduk di sampingku. Tangan kirinya sibuk dengan handphonenya. Sementara tangan kanannya memegang dua kresen berwarna hitam dan putih. Jarak tempuh orang kedua yang baru naik ini ternyata terlalu jauh. Dia minta berhenti sebelum jalan layang atau <i>qubri</i> Abbasiyah.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sampai di tempat tujuan, orang di sampingku tadi pun turun. Tapi entah perkara apa, tiba-tiba penumpang botak itu menghampiri supir dan terlihat teriak-teriak ngotot. Ketika itu telingaku masih tertapal headset beat dr. Dre palsu, jadi tidak dapat mendengar apa-apa. </span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Si botak pun lantas bergegas menutup telpon yang tengah di telinganya, dan menghampiri pintu supir tramco. Dengan nada marah sambil tarik-menarik baju, kedua orang ini berantem. Para penumpang di belakang sentak menyuruh berhenti dan ingin cepat melanjutkan perjalanan. Tapi si botak dan supir ini mengindahkan himbauan penumpang. Mereka tetap asyik berantem, bak menjaga kehormatan masing-masing.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Merasa tidak diabaikan, beberapa penumpang lantas turun dari mobil dan melerai si botak dan supir. Tidak dapat dilerai, si botak berhasil mengeluarkan supir dari mobil. Kini kedua yang berantem dan beberapa orang yang berusaha melerai berada di pinggiran jalan. Akibatnya mengundang kemacetan sedikit. </span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Terlihat semakin panas, mobil tramco lain juga turut berhenti di depan mobil yang kami tumpangi. Mungkin itu temannya si supir. Tapi beberapa penumpang dari tramco yang baru berhenti tadi juga turun ikut melerai. </span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Semakin dicoba dilerai, si botak semakin menjadi-jadi. Dia pun melepas kemeja yang dipakainya, dan tinggal memakai kaos dalam warna hitam saja lagi. Tidak cukup dengan aksi itu, dia pun berteriak memanggil teman-temannya. Mungkin itu wilayah dia.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Lebih serem lagi, si botak mengeluarkan pisau kecilnya dan mencoba mengarahkan ke supir itu. Tapi untungnya teman-teman si botak yang dia panggil tadi justru ikut melerai bersama para penumpang, bukan justru menolong berantem. Satu orang teman si botak berbadan kekar menangkapnya. Sambil teriak kepada si botak, dia mengatakan, “Shalli ‘ala nabi!”</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Teman si botak yang kekar itu akhirnya membawanya ke belakang mobil. Supir tramco pun masuk kembali ke mobil. Penumpang akhirnya menyuruh bergegas pergi. Mobil kami pun jalan kembali.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Selanjutnya jalan Abbasiyah terlihat sepi, tidak seperti biasanya. Biasanya jam-jam habis shalat Isa, jalan Abbasiyah langganan macet. Banyak yang pulang kerja lewat situ. Tapi tadi malam tidak ramai. Jalanan sepi dan lancar.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Beberapa pemuda terlihat jalan kaki bergerombol. Seperti habis dari suatu tempat. Usai menurunkan penumpang di stasiun metro Damarsash, mobil tramco kami pun melanjutkan perjalanan menuju tujuan utama, Ramsis. Sementara aku dan temanku berniat turun di Ghamra, sebelum Ramsis. </span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Ternyata apa yang ditayangkan di televisi benar. Di sebelah kiri jalan, tepatnya di sekitar Catedral, banyak orang berkumpul. Empat mobil ambulan terlihat disiapkan berjejer. Tapi ini di sayap jalan yang satunya, yaitu jalan yang menuju Ramsis, jadi tidak ditutup.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Setelah selesai hajatan, kami pun pulang sekitar jam sebelas malam. Tramco menuju Hay Asyir berjejer antri di bawah jembatan layang. Kami pun masuk salah satu tramco itu. </span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Tramco jalan. Dan ternyata benar, supir tidak mengambil jalur biasanya, yaitu jalur jalan layar. Kali ini supir mengambil jalur alternatif, karena jalur biasa dari Ghamrah ke Hay Asyir ditutup akibat aksi demonstrasi. Walhasil, tramco kami mengambil jalur pintas untuk menghindari kawasan demo.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sesampainya di Gami, kami menyambangi warung Mesir yang menyediakan ruz bil kibdah (nasi pakai ati). Perut kami harus diisi makan malam. Di televisi milik warung yang kami sambangi ini ternyata menyiarkan acara dialog tentang aksi demonstrasi dan perkembangan politik dalam negeri Mesir sekarang. Sesekali akupun menyimaknya.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Begitulah keadaan Mesir sekarang pasca revolusi. Kondisinya, baik keamanan, politik ataupun ekonomi, jauh dari stabil. Analisa salah satu narasumber yang tidak aku ketahui namanya, mengatakan bahwa semua krisis di Mesir ini berawal dari satu perkara, yaitu kemiskinan. Menurutnya, angka kemiskinan di Mesir sangat tinggi, berkisar antara 30-40% dari jumlah penduduk. Intinya rakyat Mesir ingin mendapatkan penghidupan yang layak.[]</span><br />
<br />
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/17487580474045876588noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7316231052725710873.post-89238941452253350932013-04-07T15:15:00.001-07:002013-04-07T15:15:08.413-07:00Menelisik Akar Sejarah Liberalisme<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhQfTExKnJg1f6WX2AGQm3uGg1qiOH2U8eNzALaieRcS54ZnMXQiuPxZl7fwODaQO7RpASNGg45HGZ3CtwUZT5V8k_EK9nkLc7ufpkGLe01t6wNFSgsiMQBM-jiX9M3TP2B9zDQeCtFCeLX/s1600/liberalisme.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="161" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhQfTExKnJg1f6WX2AGQm3uGg1qiOH2U8eNzALaieRcS54ZnMXQiuPxZl7fwODaQO7RpASNGg45HGZ3CtwUZT5V8k_EK9nkLc7ufpkGLe01t6wNFSgsiMQBM-jiX9M3TP2B9zDQeCtFCeLX/s320/liberalisme.jpg" width="320" /></a></div>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Pembahasan mengenai liberalisme di Indonesia rupa-rupanya tidak pernah hilang ditelan bumi, terkhusus liberalisme agama. Bagi sebagian orang ada yang menolaknya. Terbukti beberapa waktu lalu, orang-orang yang menolak paham ini, yang tergabung di dalam beberapa organisasi masyarakat, menggelar aksi demonstrasi anti liberalisme. Namun bagi sebagian lainnya ada yang mendukung dan bahkan sampai melembagakan paham ini, seperti Jaringan Islam Liberal (JIL).</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Dalam menyikapi pro-kontra terhadap liberalisme, sebaiknya kita tidak bertindak gegabah. Kita tidak bisa serta merta menerima paham ini begitu saja. Ada langkah yang perlu kita lakukan untuk meneliti nilai-nilai paham ini, lalu membandingkannya dengan nilai-nilai Islam. Dan kita juga tidak bisa menyesatkan paham ini secara prontal begitu saja, tanpa ada bukti kesesatannya. Maka, salah satu dari langkah yang mungkin harus kita lakukan adalah meneliti akar sejarah pertumbuhan dan perkembangan paham ini.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Liberalisme mempunyai akar sejarah yang cukup panjang dalam tatanan sejarah peradaban dan ideologi Barat yang Kristen. Menurut Ahmad Al-Qashash dalam kitabnya Usus Al-Nahdhah Al-Rasyidah, akar ideologi Barat adalah ide pemisahan agama dari kehidupan (sekularisme), yang pada gilirannya melahirkan pemisahan agama dari negara. Sekularisme inilah yang menjadi induk bagi lahirnya segala pemikiran dalam ideologi Barat. Berbagai bentuk pemikiran liberal, seperti liberalisme di bidang politik, ekonomi, ataupun agama, semuanya berakar pada ide dasar yang sama, yaitu sekularisme.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Menurut Adian Husaini, setidaknya ada tiga faktor penting yang menjadi latar belakang, mengapa Barat menganut paham sekular dan liberal, dan kemudian menyebarkan pandangan hidup ini ke seluruh dunia, termasuk di dunia Islam. Pertama, trauma sejarah, khususnya yang berhubungan dengan dominasi agama Kristen pada abad pertengahan. Kedua, problema teks Bible. Ketiga, problema teologis Kristen.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Dalam sejarahnya, peradaban Barat (Western Civilization) telah mengalami masa kelam yang pahit, yang biasanya disebut dengan “zaman kegelapan” (the dark ages), dan biasa juga disebut dengan ‘Zaman Pertengahan’ (the medieval ages). Zaman itu bermula ketika Imperium Romawi Barat runtuh pada tahun 476, dan mulai munculnya gereja sebagai sebuah institusi yang mendominasi masyarakat Kristen Barat. </span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Dominasi Gereja ini sebenarnya bermula dari dikeluarkannya Edict of Milan (maklumat Milan) yang ditandatangani oleh kaisar Constantine I dan Licinius pada tahun 313 M. Maklumat atau dektrit ini berfungsi untuk memberikan toleransi beragama di Kekaisaran Romawi. Selanjutnya setelah Edict of Milan, pada tahun 392, keluar juga Edict of Theodosius yang menyatakan secara resmi bahwa Kristen adalah agama negara dari Imperium Romawi. Theodosius (379-395) adalah kaisar terakhir dari kekuasaan Romawi, baik Timur maupun Barat.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Di akhir masa Kekaisaran Romawi, gereja meraih kekuasaannya. Selanjutnya gereja tumbuh menjadi kuat dengan keanggotaannya yang semakin meningkat. Ketika itu, gereja merupakan lembaga yang mempersatukan masyarakat Barat pasca runtuhnya Kekaisaran Romawi pada tahun 476. Gereja mampu menjelaskan tentang konsep kehidupan dan kematian, serta memberikan alternatif rekonstruksi kehidupan. Karena itulah pengaruh gereja begitu cepat meluas di seluruh daratan Eropa.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Namun ternyata kepercayaan masyarakat Barat kepada gereja yang begitu besar ketika itu, dirusak dengan adanya sebuah institusi gereja yang terkenal dengan “Inquisisi”. Institusi ini terkenal dengan kejahatan dan kekejamannya. Ini digunakan gereja Protestan untuk melakukan persekusi dan kontrol terhadap kaum Katolik di negar-negara mereka. Inquisisi ini mengambil dalih bahwa gereja adalah pemegang otoritas segalanya, dan menempatkan diri sebagai wakil Tuhan.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Adanya dominasi dan tindakan-tindakan gereja seperti itulah yang kemudian membuat masyarakat Barat berpikir untuk memisahkan agama dengan kehidupan sosial dan kenegaraan (sekularisasi). Kesewenang-wenangan gereja dalam kekuasaan tersebut mengakibatkan adanya trauma sejarah yang berkepanjangan, sampai saat ini.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Trauma sejarah tersebut dilengkapi dengan adanya problema teks Bible --baik Perjanjian Lama maupun Baru-- yang sangat diragukan keotentikan dan kandungan makna yang ada di dalamnya. Hal ini tentu saja mengakibatkan munculnya problematika baru, yaitu sulitnya para teolog Barat merumuskan konsep Tuhan.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Dari berbagai problema tersebut itulah, akhirnya merubah cara pandang masyarakat Barat terhadap agama, yang ketika itu didominasi oleh Kristen. Akhirnya mereka mencari konsep dan ideologi baru yang menurut mereka sesuai dengan keinginan mereka. Sehingga lahirlah masyarakat Barat yang sekuler dan liberal. </span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Liberalisme Agama</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Liberalisme agama merupakan salah satu bagian dari objek liberalisasi. Ada banyak objek atau aspek dari kehidupan ini yang telah dipersandingkan dengan liberalisme. Misalkan, liberalisme politik, liberalisme budaya, maupun liberalisme ekonomi. </span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Liberalisasi agama ini mula-mula muncul di Barat, dengan objeknya adalah agama Kristen dan Yahudi, yang ketika itu sedang mendominasi masyarakat Barat. Tetapi seiring dengan adanya hegemoni peradaban Barat di era modern ini, maka liberalisasi agama itu juga telah merambah kepada agama-agama hampir di seluruh dunia. </span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Dalam agama Yahudi, liberalisasi sudah berkembang sejak abad ke-19. Ketika itu sudah muncul gerakan Liberal Judaism (Yahudi Liberal) yang merupakan bagian lain dari sekte Yahudi sendiri. Begitu juga dengan liberalisasi dalam tubuh Kristen. Sudah banyak teolog-teolog liberal yang bermunculan, bahkan sudah menyebar di Indonesia.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Makna dari liberalisasi agama sendiri, menurut Adian Husaini, adalah proses penempatan agama ke dalam bagian dari dinamika sejarah. Agama adalah bagian dari sejarah, dan harus mengikuti perkembangan sejarah. Sehingga semua ajaran-ajaran agama dapat berubah setiap saat dengan mengikuti perkembangan zaman sesuai dengan nilai-nilai modern. Jika yang demikian itu terjadi pada Islam, maka tidak ada lagi hal yang tetap atau tsawabit dalam Islam. Liberalisasi agama Islam artinya Islam adalah bagian dari sejarah dan harus mengikuti zaman.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Nilai-nilai modernitas adalah dijadikan tolak ukur dalam proses liberalisasi agama. Agama dipaksa untuk tunduk kepada nilai-nilai modern, bukan nilai modern yang mengikuti agama. </span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sebenarnya perkembangan liberalisme keagamaan ini dapat diklasifikasikan menjadi tiga fase. Fase pertama, dari abad ke-17 yang dimotori oleh filosof Prancis, Rene Descartes yang mempromosikan doktrin rasionalisme. Doktrin ini berakhir sampai abad ke-18. Fase kedua, bermula pada akhir abad ke-18 dengan doktrin Romantisisme yang menekankan pada individualisme. Artinya individu dapat memberi sumber nilai. Fase ketiga, bermula dari abad ke-19 hingga abad ke-20 yang ditandai dengan semangat modernisme dan postmodernisme yang menekankan pada ide tentang perkembangan.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Pasca munculnya pertama kali sekularisme dan liberalisme di Barat, perkembangannya terus menunjukkan angka sangat signifikan. Perkembangan gereja-gereja di Barat sekarang ini sudah sangat memprihatinkan. Hal ini digambarkan sendiri oleh seorang aktivis Kristen asal Bandung, Herlianto, dalam bukunya yang berjudul “Gereja Modern, Mau ke Mana?”.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Misalkan dari realita yang ada di Amsterdam, ratusan tahun lalu 99% penduduknya beragama Kristen. Kini tinggal 10% saja yang dibaptis dan mau ke gereja. Pada tahun 1987, di Jerman, menurut laporan Institute for Public Opinian Research, 46% penduduknya mengatakan bahwa agama sudah tidak diperlukan lagi. Di Norwegia, yang Kristen-nya 90%, hanya setengahnya saja yang percaya pada dasar-dasar kepercayaan Kristen. Dan hanya sekitar 3% yang rutin ke gereja tiap minggu.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Di sejumlah gereja di Eropa, sudah menerima praktek homoseksual. Ini diamini oleh Eric James, seorang pejabat gereja Inggris yang menulis dalam bukunya “Homosexuality and a Pastoral Church”. Ia menghimbau kepada gereja agar memiliki toleransi terhadap praktek homoseksual, dan mengizinkan perkawinan antara sesama laki-laki maupun sesama wanita.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Bagi masyarakat Barat, praktek perzinaan, minuman keras, maupun pornografi, tidak dianggap sebagai tindakan kriminal. Karena standar kriminal yang mereka gunakan adalah standar kesepakatan dan kepantasan secara umum. Jika hal tersebut tidak mengganggu dan merugikan orang lain, maka tindakan itu sah-sah saja.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Dari beberapa data di atas, maka tergambar begitu parahnya arus liberalisasi dalam masyarakat Barat sekarang ini. Bentuk liberalisme semacam ini, mungkin bagi sebagian orang merupakan sebuah kewajaran di era modern. Karena era modern sekarang memang mengusung jargon kebebasan.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sedangkan dalam tubuh Islam, “pembaharuan” pemikiran di dunia Islam sebenarnya telah dimulai sejak awal keruntuhan Khilafah Utsmaniyah di Turki. Ketika Islam di Turki dipimpin oleh Mustafa al-Tatruk, terjadilah pendekonstruksian Islam dengan mencontoh Barat. Ketika itu al-Taturk merubah total tatanan prinsip-prinsip Islam.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Beberapa hal penting yang perlu dicatat dari perombakan yang telah dilakukan al-Taturk seperti, perubahan Hukum Syari’at Islam tentang perkawinan yang diganti dengan hukum Swiss. Dalam hukum ini, perempuan juga mempunyai hak untuk menceraikan suaminya. Kemudian lebih parah lagi adzan bahasa Arab diganti dengan bahasa Turki (bahasa lokal), penggunaan jilbab dilarang, bahasa Arab diganti dengan bahasa Barat. Intinya semua identitas dan simbol-simbol Islam digantikan dengan identitas serta simbol dari Barat. Sehingga Turki yang dulunya kekuatan Islam Khilafah Utsmaniyah itu, telah berubah menjadi sekuler.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Alhasil, dari sejarah pertumbuhan dan perkembangan liberalisme hingga liberalisasi agama Islam tadi, setidaknya dapat membuka pikiran kita tentang liberalisme itu sendiri. Terkadang bagi sebagian orang, liberalisme hanyalah sebuah istilah belaka yang tidak perlu dikaji substansi maknanya. Padahal sebenarnya istilah-istilah seperti itu memiliki landasan filosofi masing-masing. Dengan demikian, penggunaan istilah-istilah paham seperti itu tentu saja tidak sembarangan. <i>Wallahu’alam</i>.[]</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b>Oleh: Ahmad Sadzali</b></span><br />
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/17487580474045876588noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7316231052725710873.post-17424699980880206572013-04-07T04:12:00.000-07:002013-04-11T23:20:34.612-07:00Nasionalisme, Pemuda, dan Moralitas Bangsa<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiUM_IafkZWVle97RHVrB7_Tc-IH9ENA_bWACNbeJ3hkRs2t8xAXM9WPfZ43P6425l0ya7cg5vWZYh1w32fOQZeKFUnl8b66GuqfbLibZdAbQKIngcXuLAZCRXkkx6N_9iqaqujxFiWILHy/s1600/indonesia.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="198" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiUM_IafkZWVle97RHVrB7_Tc-IH9ENA_bWACNbeJ3hkRs2t8xAXM9WPfZ43P6425l0ya7cg5vWZYh1w32fOQZeKFUnl8b66GuqfbLibZdAbQKIngcXuLAZCRXkkx6N_9iqaqujxFiWILHy/s320/indonesia.jpg" width="320" /></a></div>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Pada 6 Januari 2010 silam, Timnas Indonesia menghadapi pertandingan hidup matidalam Kualifikasi Piala Asia 2011 melawan Oman, Rabu 6 Januari 2010 yang lalu. Tapi sayangnya Timnas kita tidak seberuntung Mesir yang dapat mepertahankan gelara juara Piala Afrika-nya, karena harus tunduk 1-2 dari Oman dan gagal melaju ke Piala Asia 2011. Namun dalam pertandingan tersebut terjadi hal yang unik sekaligus ‘memalukan’ Indonesia di mata dunia sepak bola, yaitu dengan masuknya suporter Indonesia di tengah jalannya pertandingan ke dalam lapangan. Suporter yang mengenakan kaos kebanggaan sekuat Garuda tersebut menggiring bola dari tepi lapangan dan mencoba untuk memasukkannya ke gawang Oman.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Kejadian seperti ini menarik untuk kita cermati dan tanggapi. Setidaknya kita dapat mengambil pelajaran berharga dari pertandingan serta kejadian memalukan tersebut. Yaitu tentang nasionalisme kita sebagai warga yang cinta dengan negaranya, sekaligus kita kaitkan dengan moralitas anak bangsa Indonesia. Bagaimana seharusnya mewujudkan nasionalisme yang bermoral? Dan bagaimana caranya membentuk moral anak bangsa dengan semangat nasionalisme?</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan keragaman suku bangsanya. Keragaman suku bangsa tersebut tentu saja menciptakan watak, sifat, dan kepribadian masyarakat Indonesia yang beragam. Akan tetapi kebhinnekaan itu sedikit banyaknya telah teratasi dengan adanya kesepakatan para pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 yang terampung dalam Sumpah Pemuda.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Ditinjau dari bidang antropologi, nasionalisme dipandang sebagai sistem budaya yang mencakup kesetiaan, komitmen, emosi, perasaan kepada bangsa dan negara, dan rasa memiliki bangsa dan negara. Dari berbagai macam ragam budaya tersebut, ternyata tidak menutup kemungkinan akan dapat melahirkan rasa nasionalisme yang tinggi. Rasa kepemilikan bangsa ini memang harus dibentuk dan selalu dijaga. Di antara beragam suku bangsa tersebut, harus ada mediator yang menjadi perekat bangsa ini. Itulah nilai pentingnya nasionalisme.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sebenarnya rasa nasionalisme terhadap bangsa ini telah lama terbentuk. Bahkan jauh sebelum kemerdekaan Indonesia itu sendiri, yaitu ketika dibentuknya Boedi Oetomo tanggal 20 Mei 1908. Bagi sebagian besar sejarawan, momen ini adalah bukti kongkrit tumbuhnya semangat kebangsaan terhadap negara Indonesia. Inilah salah satu usaha untuk memajukan bangsa Indonesia ini. Kemajuan bangsa merupakan hasil dari rasa nasionalitas terhadap bangsa itu sendiri. Karena suatu bangsa tidak akan mencapai kemajuan, jika tidak ada nasionalime terhadap bangsa tersebut. Dan usaha itulah wujud nyata dari rasa nasionalisme itu.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Kemudian ketika kita berbicara tentang semangat dan nasionalisme, maka tidak akan pernah lepas dari peranan pemuda. Hal itu dapat kita lihat juga dalam dinamika pergulatan sejarah bangsa ini. Bahkan hampir semua tinta emas yang tertoreh dalam sejarah bangsa ini dilakukan atas peran serta pemuda, seperti gerakan 1908, 1928, 1945, 1966, hingga gerakan reformasi pada tahun 1998.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Begitulah, pemuda pada zaman dulu mungkin sangat berbeda jauh dengan pemuda zaman sekarang. Sebenarnya sangat kita sayangkan sekali jika perubahan yang terjadi dalam tubuh pemuda ini, adalah perubahan yang justru menjurus kepada kekhawatiran. Karena moralitas suatu bangsa, itu tergantung dengan moralitas pemuda bangsanya. </span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Usaha dan pekerjaan berat kita sekarang adalah membangun moral bangsa ini. Hal ini senada dengan pemaparan mantan Menteri Agama RI, H Muhammad Maftuh Basyuni dalam acara tasyakuran peringatan Hari Amal Bhakti (HAB) ke-63 Departemen Agama tahun 2009 lalu. "Ironisnya, berbagai kondisi yang menimpa bangsa ini ditengarai oleh adanya krisis yang jauh lebih mendasar dan fundamental, yaitu krisis moral dan etika keagamaan," papar beliau.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sekarang mampukah kita membangun moral bangsa tersebut dengan semangat nasionalisme? Jawabannya tentu saja itu mungkin dan bisa dilakukan. Caranya yaitu dengan menanamkan semangat nasionalisme serta menjelaskan kembali makna dan kandungannya.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Seperti kejadian yang sudah digambarkan dalam pembukaan tadi, sebenarnya itu adalah bentuk nasionalisme yang tinggi terhadap bangsa Indonesia. Hanya saja pemahaman makna dari nasionalismenya kurang tepat, sehingga aplikasinya dilakukan dengan cara yang tidak sesuai dengan moral nasionalisme itu sendiri.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Jika kita mempunyai semangat nasionalisme yang tinggi terhadap bangsa ini, tentu saja kita tidak akan mempermalukan bangsa ini. Menjunjung semangat nasionalisme harus sejalan dengan menjunjung tinggi moral bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang bermoral dan bermartabat. Namun kesadaran akan hal itu ternyata masih sangat kurang dalam benak para pemuda yang menentukan moralitas bangsa ini. </span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Bukan berarti kemudian kita menaruh kepesimisan kepada generasi muda Indonesia sekarang, dan juga bukan berari semua pemuda Indonesia tidak memiliki semangat nasionalisme dan moral yang baik, tetapi inilah gambaran dan pelajaran yang harus kita ambil. Karena memang setitik noda di atas kain putih itu sangat jelas terlihat. Jadi, siapa pun kita, apa pun kita, dan bagaimana pun kita, tetap harus selalu menjunjung tinggi martabat bangsa ini. Dan jangan mengaku nasionalis, jika kita sendiri tidak mengharumkan martabat bangsa kita, apalagi malah merendahkannya.[]</span><br />
<div>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b>Oleh: Ahmad Sadzali</b></span></div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/17487580474045876588noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7316231052725710873.post-70668384366269796722013-04-07T03:15:00.000-07:002013-04-07T04:12:43.050-07:00Antara Jiwa dan Raga<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjiWbP9rndUmAyN1NqgASv_bJZHk0hdAGn6awW9goG_8YQcBVyz0c_EQn-CSq_DlnY_G5IEzlp50OpSV6uoaGOuE8AE9uDPkAsq8XflrJKtxHO0cvMl-w3EqUF4RbJEhvaivFil6ZTLAiUR/s1600/jiwa.gif" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjiWbP9rndUmAyN1NqgASv_bJZHk0hdAGn6awW9goG_8YQcBVyz0c_EQn-CSq_DlnY_G5IEzlp50OpSV6uoaGOuE8AE9uDPkAsq8XflrJKtxHO0cvMl-w3EqUF4RbJEhvaivFil6ZTLAiUR/s320/jiwa.gif" width="320" /></a></div>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sekilas, jiwa dan raga selalu satu. Paradigma yang ada pun akhirnya juga demikian. Tidak dapat dipisahkan antara jiwa dan raga. Keduanya sama-sama menjadi unsur yang penting bagi manusia. Keduanya sangat dibutuhkan.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Lalu adakah yang lebih penting di antara kedua?</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Jawabannya tentu saja ada. </span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Jiwa merupakan sesuatu yang abstrak dalam diri manusia. Sedangkan raga sebaliknya, yaitu kongkrit, jelas, dan nyata. Gerak jiwa tidak dapat kita amati dengan panca indra. Sedangkan gerak raga sudah pasti dapat diamati. Namun meski gerak jiwa itu tidak dapat diamati secara panca indra, namun ia dapat dirasakan. Bahkan jiwa itulah yang sebenarnya menjadi penggerak dan motorik bagi raga.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Jika demikian, jiwa adalah sebuah substansi yang ada dalam diri manusia. Substansi itu kemudian dituangkan menjadi raga. Namun ternyata juga tidak semua raga itu dapat merepresentasikan substansi diri kita. Ada jiwa yang hanya ada dalam jiwa itu sendiri.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Dalam analogi lain, kehidupan kehidupan dunia adalah kongkrit. Sedangkan kehidupan setelah dunia, yaitu akhirat sifatnya masih abstrak. Mana yang lebih penting antara kehidupan dunia dan akherat? Tentu saja akherat lebih penting bukan? Akhirat merupakan substansi dari kehidupan. Karena ia adalah tujuan akhir hidup ini. Maka, jiwa yang memiliki karakteristis yang sama dengan akhirat tentu saja lebih penting daripada raga. Walaupun sebenarnya jiwa itu bukan akhirat itu sendiri.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Cobalah perhatikan orang yang cacat fisik! Apakah dia tidak punya hati, tidak punya cinta, dan rasa? Tentu saja masih punya. Meski ada orang yang tidak diberikan anugrah penglihatan –misalnya- oleh Allah, tetapi Dia tetap memberikan hati atau jiwa. Intinya, semua manusia pasti memiliki jiwa, namun tidak semuanya memiliki raga yang lengkap.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Jadi, jiwa itu lebih penting daripada raga. Wallahu’alam.[]</span></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/17487580474045876588noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7316231052725710873.post-5598554539382435092013-04-07T03:04:00.001-07:002013-04-07T03:04:18.568-07:00Resep Menjadi Kaya<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjefjEzm3aTU4l_fXdBeJyjbqNhUfYG9EVN4Mp9p7dxkWy4PFUKjT09uEWS4np1YqkAUaMNPRO-xTP3C0-Ysf0InrKiAtXlgXrPMvwLJ24qJFSlc3kLC3b_P00EJOTAAUJmmHkT5WEHlp2v/s1600/kaya.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjefjEzm3aTU4l_fXdBeJyjbqNhUfYG9EVN4Mp9p7dxkWy4PFUKjT09uEWS4np1YqkAUaMNPRO-xTP3C0-Ysf0InrKiAtXlgXrPMvwLJ24qJFSlc3kLC3b_P00EJOTAAUJmmHkT5WEHlp2v/s320/kaya.jpg" width="320" /></a></div>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Siapa yang pengen kaya,,,? Kayaknya semua orang pengen ya, kecuali yang ada pengecualiannya.</span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Bagi yang pengen kaya nich ya, kamu percaya gak kalo nulis tuh ternyata bisa bikin kaya? Soalnya aku pernah baca bukunya mba ato ibu Helvy Tiana Rosa yang judulnya “Menulis Bisa Bikin Kaya”.</span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Dia ngasih contoh dari adeknya Asma yang juga penulis. Katanya Asma udah nulis lebih dari 30 buku, dan buku-bukunya laku. Nah, dari buku itu, per-3 bulan, paling sial dia bisa nerima sepuluh juta rupiah. Itu paling sial lho ya…! Kemudian Hilma Lupus, katanya lagi, dari awal Lupus terbit sampe lima tahun kemudian, Hilma telah dapet royalti sebanyak delapan ratus juta lebih.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Kaya gak tuh…?</span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Padahal cuma nulis lho…! Bisa ngasilin uang.</span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Makanya kalo kamu mau kaya, and berhubung kamu juga punya potensi dan keahlian tuk nulis, ya nulis aja. Apa pun bisa kamu jadikan tulisan. Meskipun kamu hanya nulis resep masakan saja, trus kamu kirim ke majalah resep, bisa dapat uang juga tuh.</span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Tapi itu tadi kalo kita pandang nulis itu bisa bikin kaya dari pandangan kata “kaya” itu secara materi. Kan kita gak melulu nyari materi nich ya.</span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Kalo “kaya” itu kita artikan kaya secara jiwa, kaya pengetahuan, kaya hati, kaya informasi, ato kaya pemikiran, maka makna kaya itu akan lebih terasa lagi. Karena kalo kita nulis, berarti kita nyampaikan pemikiran kita kepada orang lain. Dan itu so pasti hanya bisa dilakukan oleh orang-orang kaya saja, yang makna kayanya tadi tidak secara materi. Mana mungkin orang akan bisa nulis kalo gak ada yang dia punya untuk ditulisin dalam bentuk tulisan?</span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Apalagi kalo kita udah banyak baca buku, maka sekarang saatnya mencoba tuk memulai nulis. Jadi gak selamanya kamu hanya menjadi konsumen aja. Harus jadi produsen juga donk bagi kunsumen-konsumen baru dan yang akan datang. Ya, hitung-hitung buat ngembangin potensi nulis kamu juga kan…?!?</span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Ali bin Abi Tholib pernah berucap: “Ilmu itu bagaikan binatang buruan, maka tulisan adalah ikatannya.”</span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Nah tuh, kalo kamu nulis apa yang telah kamu baca, seenggak-enggaknya kan kamu udah nyimpan ato ngikat ilmu kamu tadi biar gak kabur. Bukannya kita gak percaya pada kemampuan otak kita tuk mengingat dan menghapal sich, tapi tujuannya di sini adalah untuk membantu dan memudahkan kita dalam mengingat apa-apa yang udah tersimpan dalam otak kita. Apalagi kemampuan otak kian tua juga kian menurun kan.</span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Nulis itu kan juga merupakan bakat. Tapi bakat ini dimiliki setiap orang. Dengan kata lain semua orang pasti bisa nulis. Namun sebabnya kenapa ada pembedaan antara penulis dan bukan penulis adalah orang itu mau ngembangin tulisannya apa gak? Dan sebenarnya pengembangan bakat nulis itu hanya pengembangan dari tulisan kita yang biasanya kita tulis untuk konsumsi kita sendiri ato pribadi, menjadi tulisan yang bisa dinikmati dan penting dibaca oleh orang umum.</span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Dan bagi temen-temen ikhwan dan akhwat yang pendakwah sejati, kalian juga bisa berdakwah lewat tulisan kok. Bahkan kalo menurut ana ni ya, cara dakwah dengan tulisan ini lah yang sangat efesien di zaman sekarang ini. Mengingat kemajuan teknologi dan modernisasi yang sangat pesat sekarang ini. Teknologi penulisan tidak pernah ketinggalan, malah terus berkembang. Masyarakat juga banyak yang suka baca kok. Jadi berdakwah lewat tulisan aja. Mungkin udah banyak juga sich yang ngelakuinnya. Tapi kan ana cuma bilang faqot…! </span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Nulis tu emang butuh skill juga sih, terutama dalam perangkaian kata dalam kalimat, gaya bahasa, dan tantu saja adalah ide dan pokok pikiran yang akan kita muat dalam tulisan kita. But, that’s no problem. Itu semua bukan hal yang mustahl tuk dikerjain. Sekarang kitanya yang mau memulai nulis apa gak? Kitanya yang mau berjuang tuk bisa nulis apa gak? Coz, nulis itu juga perjuangan lho.</span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Kata Helvy Tiana Rosa lagi ni ya: “Saya adalah orang yang sangat percaya bahwa semua orang bisa menjadi penulis.”</span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Namun tuk jadi seorang penulis itu emang butuh latihan terus. Walau kita udah bisa nulis cerpen misalnya, maka nulis cerpen kita itu harus kita latih terus. Jangan puas hanya satu, dua, tiga cerpen tuk jadi penulis cerpen. Sama halnya seperti orang yang kepengen jadi pemain basket yang huebat, maka harus sering megang bola basket terus donk. Maksudnya bukan cuma megangin doank, tapi harus banyak di lapangan basket. Maksudnya juga bukan cuma ada di lapangan basket doank, tapi harus sering latihan dan main.</span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Kalo masalah inspirasi, itu mah bisa kamu dapat dari apa dan mana saja. Selama apa yang kamu lihat, dengar, rasakan, baca, pahami, maupun yang kamu alami itu, bener-bener kamu pikirkan buat ditulis. Percaya gak? Percaya gak percaya percaya aja deh! Kalo gak percaya juga, silahkan mencoba!</span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Untuk latihannya bisa aja dimuali dari nulis buku harian. Kejadian apa aja yang kamu alamin dihari itu, langsung kamu dokumentasikan lewat tulisan dalam buku harianmu. Trus juga bisa dengan nulis-nulis puisi, mengungkapkan isi hati. So, juga bisa dengan trik aku nih, bila kamu udah membaca buku ato artikel ato apa lah, kamu coba tulis ulang dengan rangkaian kata-katamu sendiri. Dengan gitu ilmu yang udah kamu dapat tadi semakin melekat tuh.</span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Kemudian kamu juga bisa beranjak tuk nulis di blog. Sekarang kan zaman udah maju. Media gampang diakses. Mengapa gak kita gunain? Ya gak? Kamu bikin aja blog, dengan sendirinya kamu akan merasa tertuntut tuk selalu ngisi blog loe itu. Tuk ngisi blog tentunya dengan nulis kan. Seperti yang udah aku coba juga tuh.</span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Dan selanjutnya mungkin bisa aja kamu kembangin tulisan kamu itu buat di media masa, seperti di buletin-buletin, majalah, koran, ato bahkan kamu mau nyoba bikin buku. Wah, lebih bagus lagi tuh…! Why not?</span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Udah deh, pokoknya nulis aja. Oke?</span><br />
<div>
<br /></div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/17487580474045876588noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7316231052725710873.post-69780771566692442592013-04-07T02:52:00.001-07:002013-04-07T02:52:08.238-07:00Beragama Tidak Harus Agamis?<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjXviu6n1ZoMzVLQvrZ4YEtirzvDfbRxKTpxLKnI8y7mGsHtQi9Qd0FjMM9ZEWl8PQXEB6dXMfRw94jZ-OXtGog3PreGN1W6kAzE6KrZyHmKhpfZfEqBES3U3RercdiQxdeocUuRJdPGYXL/s1600/beragama.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="231" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjXviu6n1ZoMzVLQvrZ4YEtirzvDfbRxKTpxLKnI8y7mGsHtQi9Qd0FjMM9ZEWl8PQXEB6dXMfRw94jZ-OXtGog3PreGN1W6kAzE6KrZyHmKhpfZfEqBES3U3RercdiQxdeocUuRJdPGYXL/s320/beragama.jpg" width="320" /></a></div>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Ada hal yang unik bagi saya pribadi mengenai kedudukan agama dalam diri individu masing-masing. Secara merata, mungkin setiap orang yang beragama tentu akan mengakui agamanya masing-masing. Dalam ranah ini, agama bagi mereka adalah sesuatu yang sangat penting. Bahkan bisa jadi pentingnya melebihi sebuah status kewarganegaraan. Karena agama memiliki dimensi aneh yang dapat membuat seseorang menjadi terikat, atau paling tidak merasa satu emosional dengan rekan seagamanya.</span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Lebih dari itu, bahkan status agama juga menjadi bagian dari catatan sipil. Artinya, agama seseorang adalah sebuah identitas yang penting dalam kehidupannya. Ya mungkin hal ini akan berbeda lagi dengan orang-orang atheis.</span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Ada istilah menarik yang berkembang sekarang, “Islam KTP”. Bahkan istilah ini sudah menjadi nama sinetron di televisi. Istilah ini mungkin muncul di saat orang-orang yang mengaku beragama Islam, tapi tidak benar-benar menjalankan keislamannya. Sehingga yang ada hanyalah status di KTP, beragama Islam.</span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Ternyata hal ini tidak terjadi di kalangan umat Islam di Indonesia saja. Di Barat, khususnya di Inggris, juga demikian. British Humanist Association (BHA), sebuah organisasi sosial yang mewakili dan mendukung kepentingan orang-orang yang tidak beragama di Inggris, telah mempublikasikan hasil penelitiannya. Mereka mencatat, sebanyak 61% orang di England dan Wales menyatakan beragama, dan sisanya sebanyak 31% mencentang kotak 'tidak beragama'.</span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Dari yang mengaku beragama tersebut, sebanyak 53% memberi tanda pada kotak 'Kristen'. Dan sisanya mencentang 'agama lain' (7,22%). Namun, ketika di survey tersebut mereka ditanya apakah religius atau tidak?, hanya 29% yang menjawab mengaku religius, sedangkan 65% menjawab 'tidak'. Dan kebanyakan orang di Inggris dan Wales (63%) mengaku tidak mendatangi rumah ibadah untuk melakukan peribadatan dalam satu tahun terakhir ini.</span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Di Skotlandia juga demikian. Berdasarkan survey yang dilakukan oleh Humanist Society of Scotland (HSS), sebanyak 56% mengaku tidak religius, dan hanya 35% yang mengaku religius.</span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Akhirnya, BHA malah menghimbau kepada masyarakat Inggris agar tidak mengaku beragama saja, jika menganggap agama tidak penting dalam kehidupannya.</span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Menarik dan unik bukan? Kedudukan agama sekarang tidak lebih hanya sekedar status saja bagi kalangan orang. Sekedar berbaik sangka, bagi mereka yang tidak agamis, mungkin menganggap agama bukanlah ritual-ritual saja, namun yang terpenting adalah urgensi keimanannya. Tapi apakah memang benar demikian? Saya rasa tidak ada agama di dunia ini yang tidak memiliki ritual keagamaan yang harus dilakukan.</span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Jika wabah ini terus berkembang pesat, maka tidak perlu ada sekularisasi pun, masyarakat nantinya akan menjadi sekuler dengan sendirinya. Bahkan istilah “sekuler” tidak perlu lagi dideklarasikan, jiwa “sekuler” akan terbentuk sendirinya dalam diri orang-orang beragama. Wallahu’alam.[]</span><br />
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/17487580474045876588noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7316231052725710873.post-79147961136732011162013-04-07T02:32:00.002-07:002013-04-07T02:32:29.059-07:00Tetanggaku dan Usamah bin Laden<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgjkQ3U9YlJ93LtLIqJmEHsl8LmW1ux3rgXS1Rsi8FbKHr1bto2JZcdt0h4Ls_jHxYAPRRH_LaEmiNBeQ2Z64pcuOhZIMxOcYhRnTLpMAeCn-hm1wdYoo8UPaxhk5z4-8B5TRspwjdXTnf-/s1600/usamah+bin+laden.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="236" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgjkQ3U9YlJ93LtLIqJmEHsl8LmW1ux3rgXS1Rsi8FbKHr1bto2JZcdt0h4Ls_jHxYAPRRH_LaEmiNBeQ2Z64pcuOhZIMxOcYhRnTLpMAeCn-hm1wdYoo8UPaxhk5z4-8B5TRspwjdXTnf-/s320/usamah+bin+laden.jpg" width="320" /></a></div>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Menikmati teh di pagi hari sambil menyantab berita memang asyik. Pagi tadi beberapa kantor berita internasional seperti Al-Jazeera, Al-Arabiya dan BBC sudah berkicau dengan laporan khusus mereka. Topik yang dibahas sama, yaitu kabar kematian Usamah Bin Laden. Kematian pimpinan tertinggi jaringan Al-Qaidah ini telah dinyatakan secara resmi oleh Presiden Amerika Serikat Barack Obama.</span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Ratusan warga Amerika di Washington dan New York langsung berkumpul, menyusul pernyataan Obama itu. Mereka merayakan ‘kemenangan’ Amerika dalam memerangi kelompok yang dianggap sebagai teroris. Bendera Amerika dikibar-kibarkan dengan penuh kebanggaan. Terlebih lagi Obama dengan tegas menyatakan bahwa yang berhasil membunuh Usamah adalah tentara Amerika Serikat sendiri.</span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sambil menyimak berita-berita kematian Usamah itu, aku lalu tersenyum dan teringat sebuah diskusi ringan dengan seorang insinyur tetangga rumahku. Diskusi ini terjadi saat aku silaturrahim usai pulang evakuasi lalu. Entah bagaimana, pembicaraan kami berdua lalu menjurus ke sosok yang dicari-cari Amerika itu, Usamah Bin Laden. Lebih tepatnya mungkin bukan diskusi, tapi mendengarkan ceramah analisa.</span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sebelumnya, ini terlepas dari benar tidaknya pemberitaan kematian Usamah tersebut, dan bagaimana perkembangan berita selanjutnya.</span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sepengetahuanku, insinyur ini memang gemar membaca buku-buku tentang Hari Kiamat, Djjal, Imam Mahdi, dan sejenisnya. Beliau juga pelanggan majalah Sabili, majalah yang sebagian besar orang menilainya termasuk dalam genre ‘radikal’. Maka wajar menurutku jika kemudian beliau suka diskusi dengan tema yang menjurus ke sana.</span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Mungkin dari bacaan-bacaan yang telah ditelaah, serta analisa-analisa lainnya dari berbagai segi, beliau lalu berkesimpulan kalau Usamah Bin Laden itulah sebenarnya sosok Imam Mahdi yang akan keluar di akhir zaman. Dalil yang beliau gunakan adalah hadits Nabi yang menceritakan tentang kemunculan Imam Mahdi di akhir zaman. Analisanya, beliau menunjukkan bukti kesamaan ciri-ciri Imam Mahdi yang ada di dalam hadits itu, dengan karakteristik Usamah Bin Laden. Ada beberapa poin kesamaan yang beliau terangkan. Salah satunya yang masih aku ingat adalah, hilangnya Usamah Bin Laden dan tidak diketahui keberadaannya. Ketika itu memang berita-berita tengah kehilangan jejak Usamah. Dan beliau berkeyakinan, Usamah akan muncul nanti sebagai Imam Mahdi. Wallahu’alam.</span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Aku hanya bisa mengangguk, senyum, menginggihkan dan mengikuti alur pemikirannya. Di samping niat awal bertamunya untuk silaturrahim, bukan diskusi, aku juga kurang enak jika harus berargumen kepada beliau. Pertama, karena baliau jauh lebih tua dariku. Lebih tepatnya adalah ayah dari temanku sendiri. Kedua, karena budaya senioritas di daerahku masih dijunjung tinggi. Ketiga, karena memang maklumatku dan analisa tentang Usamah dan Imam Mahdi sangat dangkal sekali.</span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sekarang, gak tau bagaimana komentar beliau setelah mendengar berita kematian Usamah ini. Apakah argumen yang dulu berapi-api itu masih tetap dipegang, atau justru menyerah?</span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Setahuku, sosok Usamah Bin Laden baru booming pasca tragedi konspirasi 11 September 2001. Runtuhnya gedung tertinggi di dunia WTC dan ledakan di markas militer Pentagon telah membuka lembaran baru sejarah dunia, khususnya hubungan antara Barat dan Islam. Citra negatif Islam sebagai pengajar radikalisme dan terorisme lalu mencuat di Barat. Islamofobia berkembang pesat. Selanjutnya dua tokoh utama yang menjadi incaran Amerika sebagai teroris internasional adalah Presiden Irak Saddam Hussein dan pimpinan jaringan Al-Qaidah Usamah Bin Laden.</span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Saddam Hussein dikampanyekan Bush sebagai orang yang terlibat secara pribadi dengan aksi 11 September. Meski dalih lain Amerika untuk menyerang Irak adalah informasi mengada-ada, adanya senjata pemusnah massal yang dikembangkan Saddam.</span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sementara itu, Usamah Bin Laden dianggap sebagai tokoh intelektual utama di balik peristiwa 11 September itu. Jaringannya disebut-sebut sebagai pelaku utama penambrakan pesawat Amerika ke WTC dan Pentagon. Namun sayang, akhirnya konspirasi Amerika dalam kasus WTC dan Pentagon itu berhasil diungkap oleh sarjana Barat sendiri.</span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Mendengar kata konspirasi, aku teringat konspirasi terbunuhnya Lady Diana, ibu dari Pangeran William yang baru beberapa hari lalu menikah. Konspirasi ini lalu diterjemahkan dalam sebuah novel The Lady Di Conspiracy. Aku juga jadi terbayang betapa ngerinya kerja agen intelegen-intelegen seperti CIA, Mossad, MI6, dan lain-lain, untuk sebuah kepentingan. Segala cara akan dihalalkan. Salah satunya dengan teori konspirasi. Semuanya bisa saja dikonspirasi.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Kejadian 11 September itu bukan lagi sekedar teori konspirasi, melainkan sudah merupakan konspirasi. Konspirasi dinyatakan sebagai teori jika ia masih belum terbukti kebenarannya. Namun kata ‘teori’ itu akan dihilangkan dari kata ‘konspirasi’ jika semua analisa itu terbukti benar.</span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Seperti halnya peristiwa besar 11 September, akankah pemberitaan tentang sosok Usamah Bin Laden juga merupakan teori konspirasi?</span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Tapi sudahlah. Ini hanya pikiran nakal tengah bertengger di kepalaku. Aku terlalu lebay hingga menjadikannya sebuah misteri. Pirasat sotoyku berbisik, ada sesuatu tersembunyi di balik kejadian-kejadian yang dihasilkan pasca 11 September. Tapi lupakanlah. Lagi pula tidak ada bukti yang menjurus ke misteri konspirasi itu. Hehehe,,,:D</span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> Shaqr, 2 Mei 2011</span><br />
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/17487580474045876588noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7316231052725710873.post-84109907664205651452013-04-06T22:22:00.003-07:002013-04-06T22:22:54.670-07:00Israel atau Zionis?<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEie7vQwvo-0lGzFeyQ0St0CNymXxRr2D61DJraGOwxdeHEesLnphfAfD0OuVNSBN7B6aV1epynqhGZ_Ok7PfdC_wvCHVirobWfvSJ7191_gweoDAjaOoSW8sE7yRbpwP6aHHW9PqQn8MNcT/s1600/zionis.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEie7vQwvo-0lGzFeyQ0St0CNymXxRr2D61DJraGOwxdeHEesLnphfAfD0OuVNSBN7B6aV1epynqhGZ_Ok7PfdC_wvCHVirobWfvSJ7191_gweoDAjaOoSW8sE7yRbpwP6aHHW9PqQn8MNcT/s1600/zionis.jpg" /></a></div>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sering kali setiap menulis berita yang memuat kata ‘Israel’, atau yang judul beritanya ada kata ‘Israel’, tulisan saya selalu diedit oleh redaktur. Contohnya berita yang saya kasih judul, Peringatan Nakbah: 15 Syahid Akibat Bentrokan dengan Israel, ketika dimuat judul tersebut telah berubah. Kata ‘Israel’ diganti dengan ‘Zionis’.</span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Setelah beberapa kali mengalami hal tersebut, lantas masalah penggunaan kata ‘Israel’ dan ‘Zionis’ ini saya coba diskusikan di milis wartawan Hidayatullah. Meski sebelumnya diskusi ini sudah pernah ada di milis tersebut, namun ketika itu saya masih penasaran dengan pendapat beserta hujah kenapa harus menggunakan ‘Zionis’.</span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Awalnya, saya lebih suka menggunakan kata ‘Israel’ untuk menunjukkan orang Yahudi. Alasannya, Al-Qur’an sendiri telah menjelaskan bagaimana watak kaum Israel. Citra kaum Israel yang ada di Al-Qur’an itu negatif. Sementara kalau kita menggunakan kata ‘Zionis’, maka, menurut saya, sama saja secara tidak langsung kita mendukung missi Zionisme. Kata ‘Zionis’ adalah istilah yang ditelurkan oleh mereka sendiri, dan memiliki missi persatuan orang Yahudi. Jadi ketika kita menggunakan kata itu, maka sama saja kita mendukung missi zion mereka.</span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Pendapat saya disanggah oleh salah seorang senior saya. Beliau beranggapan bahwa jika menggunakan kata ‘Israel’, maka sama saja dengan mendukung berdirinya negara Israel. Sementara kita sendiri tidak pernah menyatakan dukungan berdirinya negara Israel. Orang-orang Yahudi menamain Israel sebagai ‘negara’ mereka.</span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Oh, ternyata saya melihat titik perbedaan pendapat ini. Jika senior saya itu melihatnya sebagai ‘negara’, maka berbeda dengan saya yang melihatnya sebagai ‘kaum’.</span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Namun akhirnya redaktur turun tangan dalam diskusi ini. Beliau mengatakan, penggunaan ‘Zionis’ dan Yahudi itu untuk membedakan Yahudi yang politik dan tidak. Karena banyak orang Yahudi yang juga anti penjajahan Israel terjadap bangsa Palestina. Mereka yang anti itu, bisa tersinggung jika disebut Yahudi. Mereka umumnya, lebih suka mengatakan, yang menjajah itu "Zionis", karena zionisme nya itu mereka menghalalkan segala cara.</span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Di Inggris banyak para rabbi anti Zionis mendukung umat Islam dan demo boikot. Ini sama halnya dengan relawan kemanusiaan anti Zionis yang terdiri dari par rabbi Yahudi (lupa namanya). Juga para pastur/pendeta. Misalnya; Uskup Illariona Kappuchi.</span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">"Gerakan kembali ke bukit Zion" (Zionisme) menjadi gerakan politik ketika diarahkan Theodor Herzl tahun 1882 di Wina. Ia memberi bentuk sistematis doktrin itu dalam bukunya, Der Judenstaat (Negara Yahudi). Dan itulah Kongres Zionis Sedunia pertama di Basel pada tahun 1897.</span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Zionisme politik inilah yang menjadi sumber masalah sekarang. Karena itulah pemimpin spiritual Syi'ah, Khamenei mengatakan, "Kami tahu bahwa komunitas Yahudi sungguh berbeda dengan komunitas Zionis. Kami melawan kaum zionis. Perlawanan kami muncul dari kenyataan bahwa mereka melawan semua agama. Mereka bukanlah kaum Yahudi. Mereka adalah kelompok gerakan politik -yang menyebut diri mereka Yahudi- yang melakukan aksi-aksi tertentu."</span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Hidayatullah memutuskan memakai sebutan ‘Zionisme-Israel’ atau ‘Zionis’ saja, untuk membedakan dengan orang Yahudi yang tidak punya kepentingan ‘menjajah’ Palestina. Keputusan ini bukan mengarang. Keputusan ini didasarkan pada fatwa ulama pejuang Palestina sendiri, Syeikh Mustafa Bugho yang saat ini beliau berkedudukan di tanah Syam. </span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">"Umat Islam mulai hari ini jangan menggunakan istilah `Israel' bagi bangsa dan negara Yahudi yang menjajah tanah suci Palestina (sejak tahun 1948)," demikian disampaikan Syeikh Mustafa Bugho, salah satu ulama terkemuka di negeri Syam, dalam khutbah Jum'atnya kemarin di Masjid Zainal Abidin di kota Damaskus. (Dikutip dari Sahabatalaqsha.com)</span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Israel, jelas Syeikh Bugho, adalah nama lain dari Nabi Allah Ya'qub `alayhissalam, atau di riwayat lain Israel nama salah satu keturunan Nabi Ya'qub. Sedangkan orang Yahudi yang sekarang menjajah Palestina sudah sangat melenceng agamanya maupun cara hidupnya dari tuntunan Nabi Ya'qub.</span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Kenyataannya, orang-orang Yahudi yang menjajah dan menteror Palestina dan ingin menghancurkan Masjidil Aqsha saat ini memang menyebut diri mereka sebagai Zionis.</span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Begitulah hujah yang memilih lebih suka menggunakan ‘Zionis’ daripada ‘Israel’.</span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Setelah mendengar alasan-alasan tersebut, maka saya pun akhirnya mendapatkan pencerahan pandangan mengenai penyematan yang lebih baik untuk penjajah bumi Palestina tersebut. Wallahu’alam.[]</span><br />
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/17487580474045876588noreply@blogger.com0